Jawa Pos

Ratusan Siswa dan Ortu Demo Dinas Pendidikan

-

MANOKWARI – Penerimaan peserta didik atau siswa baru diwarnai aksi protes. Ratusan orang tua yang merasa kecewa karena anaknya tidak diterima di dua SMP favorit, yakni SMPN 1 dan SMPN 2 Manokwari, Papua Barat, ribut.

Kegaduhan terjadi di SMPN 2, Jalan Yos Sudarso Fanindi, Manokwari. Para orang tua yang mendamping­i anak masingmasi­ng sejak pagi ikut antre. Keributan muncul ketika panitia menutup pendaftara­n karena formulir telah habis. Yang diterima disesuaika­n dengan kuota.

Para orang tua meminta panitia untuk menghitung jumlah map yang sudah diterima. Mereka mendesak panitia agar membuka pendaftara­n lagi. ’’Hitung ulang map yang sudah diterima,’’ teriak sejumlah orang tua yang tidak puas.

Karena tidak ada solusi, ratusan orang tua dan calon peserta didik bergerak ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari di Jalan Pahlawan. Mereka berunjuk rasa dan meminta diterima di SMPN 1 atau SMPN 2.

Setelah terjadi berdebatan dengan argumen masing-masing, pihak dinas pendidikan yang diwakili Kepala Bidang (Kabid) SMP Yulius Womsiwor akhirnya meminta para calon peserta didik baru untuk mengumpulk­an map yang berisi berkas persyarata­n pendaftara­n.

Ditemui wartawan setelah menerima orang tua dan peserta didik, Yulius mengakui bahwa setiap kali pendaftara­n siswa baru, selalu ada permasalah­an. Pemerintah sudah menentukan zona pendaftara­n, tetapi ternyata sebagian besar orang tua maupun peserta didik memaksakan untuk bersekolah di SMP yang selama ini favorit.

Yulius yang ikut memantau pendaftara­n mengamati ada orang tua yang memaksakan anaknya untuk bersekolah di SMPN 1 dan SMPN 2. Padahal, daya tampung dua SMP favorit tersebut terbatas.

’’Semua anaknya ingin bersekolah di SMPN 1 atau SMPN 2, padahal tempat tinggal jauh. Itu yang menjadi kendala,’’ ujar Yulius.

Setelah aksi unjuk rasa, Yulius menerima sekitar 300 map berisi berkas pendaftara­n ke SMPN 1 atau SMPN 2. Yulius mengatakan, tidak semua pendaftar bisa ditampung di dua SMP dimaksud, tetapi disebar ke sejumlah SMP sesuai tempat tinggal.

’’Semua mau bersekolah di SMPN 1 atau SMPN 2, lalu sekolah lain bagaimana. Kami ingin ada pemerataan siswa. Sekolah lain juga punya guru bersertifi­kasi,’’ imbuh Yulius. (lm/JPG/c7/diq)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia