Jawa Pos

Bangun Kebanggaan dengan Klub Induk

Persebaya adalah klub yang identik dengan warna hijau. Hal itu pula yang menjadi alasan beberapa klub internal di Kompetisi Kapal Api Persebaya (KKAP) menjadikan hijau sebagai warna mereka. Bahkan, ada klub yang mendadak hijau.

-

jersey

DARI 20 kontestan KKAP tahun ini, tercatat ada delapan klub dengan warna jersey hijau. Mereka adalah Al Rayyan, Anak Bangsa, Bintang Timur, El Faza, Haggana, Maesa, Semut Hitam, dan TEO. Alasan mereka memilih warna tersebut hampir serupa, yakni ingin sama dengan klub induk mereka, Persebaya.

Di antara delapan klub tersebut, Al Rayyan adalah yang paling akhir ”menghijau”. Klub yang diarsiteki Yanto Imam itu sebelumnya identik dengan warna merah bata. Bahkan, di awal KKAP, Al Rayyan masih mengenakan warna tersebut. Baru di dua pertanding­an terakhir putaran pertama Febri Agus dkk mengenakan kostum hijau.

Menurut pemilik Al Rayyan Choesnoel Farid, pergantian warna itu merupakan bagian dari pembaruan jersey. Farid pun tidak punya opsi lain selain hijau yang selama ini sudah identik dengan Persebaya. Yang mungkin berbeda dari kebanyakan klub lain adalah tulisan Al Rayyan dengan font mirip huruf hijaiah di bagian dada.

”Nama klub ini diambil dari bahasa Arab yang berarti pintu surga. Karena sudah mengadopsi unsur Arab, sekalian saja tulisan di dada pakai huruf mirip Arab. Warna hijau kan juga identik dengan itu,” jelas Farid.

Yang esensial dari perubahan warna hijau, kata Farid, semata bertujuan supaya para pemain punya jersey kebanggaan menjadi bagian dari keluarga besar Persebaya. Keinginan untuk menjadi pemain klub berjuluk Green Force itu pun diharapkan tak pernah luntur.

Anak Bangsa, Semut Hitam, dan TEO yang merupakan klub bersaudara (di bawah manajemen Kaki Lucky) juga kompak hijau musim ini. Padahal, sebelumnya tiga klub milik Hendrik Peter Sahelangi tersebut memiliki warna jersey berbeda-beda. Anak Bangsa berkostum merah, Semut Hitam memilih hitam, sedangkan TEO mengenakan merah muda.

Untuk menambah rasa bangga kepada Persebaya, di bagian dada sebelah kanan jersey tiga klub itu juga ditambahka­n logo Persebaya. ”Namanya juga klub di bawah naungan Persebaya. Wajar kalau pakai jersey warna hijau,” tutur Peter.

Namun, tidak semua klub internal ”tunduk” pada warna hijau. Beberapa klub tetap punya warna kebanggaan sendiri. Sebut saja HBS. Berdiri sejak 1915, HBS memilih jersey yang dominan dengan warna hitam. Hal itu disesuaika­n dengan logo klub. Seiring juga ada kombinasi warna merah putih pada logo, HBS pernah memakai jersey merah atau putih.

Hitam memiliki makna penting bagi klub yang awalnya bernama Houdt Braaf Stand itu. Menurut pemilik HBS Ferril Raymond Hattu, klubnya didirikan warga pribumi pada zaman penjajahan Belanda. ”Warna hitam itu dirasa identik dengan kulit orang pribumi. Kalau merah putih merujuk pada bendera Indonesia, simbol perjuangan untuk meraih kemerdekaa­n,” ungkap pria yang juga kapten timnas Indonesia kala meraih medali emas SEA Games 1991 tersebut.

Selain warna nonhijau, sponsor menjadi aspek menarik dari jersey klub internal. Sebab, bagi klub amatir, sponsor bukan hal yang lazim. Nah, Indonesia Muda (IM) dan Bintang Timur seolah tampil beda seiring dengan mencantumk­an Olympic Sport, nama toko olahraga, di bagian dada layaknya sponsor utama di jersey klub profesiona­l. Bagi yang belum tahu, Olympic Sport adalah toko milik Saleh Hanifah yang notabene pemilik IM dan Bintang Timur. ”Dibilang sponsor bisa saja,” ucap Saleh.

Tapi, bagaimana kalau yang tercantum di bagian dada adalah nama sebuah daerah? Seperti yang terdapat di jersey Putra Mars. Klub yang berbasisdi­Benowoitum­encantumka­n nama kelurahan asal mereka di bagian dada. Menurut pelatih Putra Mars Isbandi Pamungkas, tujuan pencantuma­n tersebut tak lain demi kebanggaan daerah.

”Kalau warna biru jersey mereka dipilih karena menurut penuturan beberapa tokoh di Benowo, warna tersebut merupakan warna yang khas dengan Pangeran Benowo,” jelas Isbandi. (dit/c9/dns)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia