Targetkan 95 Persen Anak Ikut Imunisasi
Pemprov Jatim Bersama Jawa Pos dan Unicef Perangi Campak dan Rubela
SURABAYA – Masih banyak anak di Jawa Timur yang belum mendapatkan imunisasi. Khususnya di daerah Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, dan Madura. Padahal, upaya preventif seperti imunisasi itu lebih penting untuk menciptakan generasi sehat daripada hanya mengejar peningkatan pelayanan dan sarana-prasarana kesehatan.
Begitulah yang disampaikan Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat beraudiensi dengan Jawa Pos dan Unicef di Gedung Negara Grahadi kemarin
Soekarwo menyampaikan unekuneknya perihal politik kesehatan di Indonesia.
Dia menilai, program-program pemerintah pusat masih berfokus pada peningkatan pelayanan dan sarana-prasarana. Sebaliknya, aspek pencegahan terhadap penyakit kurang diperhatikan. ’’ Yang diurusi hanya bagaimana menyembuhkan orang sakit. Tetapi, upaya preventif (pencegahan) saya lihat tidak ada,’’ ujarnya.
Hal itu terlihat dari anggaran dalam APBN bidang kesehatan, yakni sektor pencegahan tidak mendapat prioritas. ’’Kami (Pemprov Jatim, Red) sudah tujuh kali diminta presentasi tentang hal ini. Pernah di Jakarta, Batam, di mana lagi itu. Tapi, sampai sekarang tetap, anggarannya tidak berubah,’’ ucap Soekarwo.
Menurut dia, pencegahan jauh lebih penting daripada mengobati orang yang telanjur sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Sebab, jika hal itu terus yang dilakukan, anggaran negara tidak akan pernah cukup. ’’Berapa pun APBN-nya akan jebol,’’ tegasnya.
Karena itu, bekerja sama dengan Unicef dan Jawa Pos, dia berharap imunisasi di Jatim yang akan berlangsung pada Agustus dan September mendatang bisa sukses. Pemprov menargetkan minimal 95 persen anak di Jawa Timur bisa mendapat imunisasi.
Program itu merupakan wujud nyata upaya preventif dalam memerangi dua penyakit berbahaya bagi anak, yakni campak dan rubela. ’’Politik kesehatan harus digeser agar lebih berorientasi ke upaya pencegahan,’’ ungkapnya.
Salah satu penyebab rendahnya angka peserta imunisasi adalah kurangnya informasi. Akibatnya, anak-anak maupun orang tua enggan mengikuti program yang akan menjamin masa depan kesehatan generasi bangsa tersebut.
Karena itu, pempov juga akan melibatkan para guru untuk ikut mendorong menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi. ’’Sasarannya nanti adalah anak usia 9 bulan hingga 15 tahun,’’ terang Kadinkes Jatim Kohar Hari Santoso yang kemarin mendampingi gubernur bersama Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rachman.
Di Jatim, jumlah anak dalam rentang usia tersebut mencapai 8.648.000 jiwa. Untuk meningkatkan keberhasilan imunisasi tersebut, Kohar menyarankan agar fokus lewat bidang pendidikan lebih dahulu. Imunisasi bakal dilaksanakan dari sekolah ke sekolah. Mulai tingkat PAUD hingga SMP.
Bukan hanya anak-anak, Saiful Rachman menambahkan, orang tua juga perlu menjadi sasaran edukasi. ’’Kami bisa terapkan pada PAUD, misalnya. Selagi anak-anak belajar, orang tua juga bisa menerima parenting education,’’ papar Saiful.
Sementara itu, Prof Ismudianto dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang juga ikut dalam audiensi berpendapat, penerima imunisasi harus didampingi. Selain memberikan informasi, pendampingan akan lebih bermanfaat karena menyentuh psikologis secara langsung.
’’Kalau didampingi, yang sebelumnya tidak mau, mereka akan bersedia imunisasi karena ada jaminan. Misalnya, kalau khawatir anaknya akan panas setelah diimunisasi, pendamping bisa meyakinkan bahwa mereka akan tanggung jawab,’’ katanya.
Menanggapi hal itu, Soekarwo meminta delapan perguruan tinggi di Jatim yang memiliki fakultas kedokteran dilibatkan. ’’Biar para mahasiswa itu menjadi pendamping.” (deb/c5/git/nw)