Karena Counter Hoax Kurang Masif
DIREKTUR LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC) Aditya Wardhana mengungkapkan, hoax penyebaran HIV/AIDS yang berulang terjadi tidak hanya terkait dengan makanan kaleng dari Thailand. Ada juga informasi sesat mengenai pemasangan jarum di kursi bioskop. ”Itu isu lama yang terus berulang dan dipercaya masyarakat,” terangnya.
Aditya menyarankan Kemenkes secara kontinu membuat rilis yang bisa jadi rujukan masyarakat. Jadi, ketika di grup percakapan atau media sosial beredar informasi hoax tentang penyebaran HIV/AIDS, masyarakat bisa ikut menyebarkan informasi yang benar dari Kemenkes. ”Kalau hal semacam itu dijalankan, saya yakin pelan-pelan bisa mengikis beredarnya mitos-mitos keliru di masyarakat,” jelasnya.
Menurut dia, penyebaran HIV harus memenuhi empat prinsip dasar, yakni ESSE atau exit, survive, sufficient, dan enter. Gampangnya, penularan harus ada jalan keluar virus, virus yang hidup, kandungan virus yang cukup untuk menginkubasi, serta jalur masuk virus ke tubuh seseorang. ”Sangat tidak mungkin penyebaran lewat makanan kaleng itu memenuhi empat unsur tersebut,” jelasnya.
Asisten Deputi Penguatan Kelembagaan Komisi AIDS Nasional Halik Sidik menambahkan, penularan HIV sangat terbatas pada hubungan seks tanpa pengaman, penggunaan alat suntik bersama (alat suntik tidak steril), serta transmisi perinatal (dari ibu yang mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya).
”HIV hanya hidup dalam tubuh manusia, tidak mungkin hidup begitu berada di luar tubuh manusia seperti dalam kaleng atau air dalam kemasan buah kaleng,” ujarnya. (gun/eko/c10/fat)