Separo Marawi Rata Tanah
Diajak Berdamai, Duterte Menolak
MARAWI – Sebagian besar penduduk Marawi yang tinggal di pengungsian mungkin tak akan pernah bisa kembali ke rumahnya jika konflik selesai. Sebab, separo ibu kota Provinsi Lanao Del Sur, Filipina, itu rata dengan tanah. Pertempuran berkepanjangan selama enam pekan tersebut telah meluluhlantakkan berbagai bangunan di kota yang mayoritas penduduknya muslim tersebut.
Kerusakan itu tampak jelas dari gambar satelit yang diambil pada 28 Juni. Stratfor merupakan perusahaan penerbitan yang berfokus pada intelijen geopolitik.
”Kami melihat zona perang lainnya. Yang paling mendekati untuk dibandingkan dengan (kerusakan, Red) Marawi adalah Mosul, Iraq. Saya belum pernah melihat medan pertempuran di mana semua rumah rusak seperti itu,” ujar pengamat Senior di Stratfor Sim Tack. Dari gambar satelit tersebut, tampak beberapa cekungan bekas bom yang dijatuhkan dari udara.
Pasukan Filipina memang habishabisan menggempur militan Maute untuk merebut Kota Marawi. Meski hingga berita ini diturunkan, kota tersebut belum berhasil diambil alih. Satu-satunya yang tetap berdiri kukuh adalah Masjid Mindanao Islamic Center.
Sejak awal, Presiden Filipina Rodrigo Duterte memang meme- rintahkan militernya tak menghancurkan tempat ibadah. Dengan begitu, kesan jika ini adalah perang melawan Islam bisa dihindari. Yang diperangi militer Filipina (AFP) adalah kelompok militan Maute pendukung Islamic State (IS) alias ISIS.
Posisi Maute saat ini sepertinya sudah terdesak dan pertempuran sebentar lagi berakhir. Kiriman amunisi dari pemerintah pusat ke Marawi jauh berkurang jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Ominta Farhana Romato Maute juga telah mengirimkan orang untuk menawarkan dialog. Farhana adalah ibu dua bersaudara pendiri kelompok Maute, yaitu Abdullah dan Omarkhayam. Istri Cayamore Maute itu ditangkap di Kota Masiu 9 Juni lalu.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengakui bahwa Farhana mengirimkan orang untuk menawarkan pembicaraan dan mengakhiri konflik di Marawi. Tapi, tawaran itu sepertinya bakal bertepuk sebelah tangan. Duterte dengan tegas menolak. Pemimpin yang memiliki panggilan Digong tersebut berkata dirinya tidak akan pernah bernegosiasi dengan teroris dan pelaku tindak kriminal.
Duterte tidak hanya ingin menumpas habis Maute, tapi juga sekutu mereka, yaitu Abu Sayyaf. Mantan wali kota Davao tersebut, bahkan, bersumpah memakan hidup-hidup para pelaku pemenggalan dua warga Vietnam baru-baru ini. (Reuters/ Philstar/CNN/sha/c25/any)