Bikin Kupatnya pas Hari H Lebaran
Kompol Nurinsana Natsir baru saja menjabat Kapolsek Pesantren. Satu-satunya Kapolsek perempuan di wilayah hukum Polresta Kediri itu suka memasak.
BARU 15 hari Nurinsana Natsir menjabat Kapolsek Pesantren. Namun, geraknya terbilang lincah. Hal itu sangat dirasakan anggotanya. Banyak yang kaget karena setiap hari diajak Nurinsana berkeliling, patroli.
Mantan Analis Kebijakan Pertama Bidang Perencanaan Polres Kediri itu mengaku memang sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya, mengenal anggota dan wilayah. Maklum, perempuan asal Kota Palopo, Sulawesi Selatan, tersebut baru tiga tahun menjalani kehidupannya di Kediri.
Saat wartawan koran ini mengunjunginya pada Selasa (20/6), Nurin masih berada di tengah acara santunan anak yatim, lansia, dan anak Pondok Pesantren An Nur, Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren. Menjelang siang, barulah dia selesai dengan kesibukannya dan mempersilakan koran ini duduk di kantornya di Polsek Pesantren.
Setelah berbincang lumayan lama, ternyata banyak hal unik yang dimiliki Nurin. Perempuan 50 tahun itu sangat hobi memasak. Bukan hanya dirinya, sang suami, Airlangga, pun memiliki hobi yang sama. ”Setiap hari, ya nyiapin makan sendiri. Saya jarang banget beli makanan dari luar,” ujarnya.
Saat Lebaran, dia bersama suami biasanya memasak ketupat bersama. Mereka memasak pada hari H Lebaran. Padahal, di Jawa, tradisi kupatan biasa dilakukan seminggu setelah hari H. ”Saya nggak tahu kalau di sini kupatan- nya baru, nggak pas hari-H. Kalau di Palopo, ya pas hari-H (Lebaran, Red),” ucapnya.
Hobi memasak tersebut ternyata dimiliki Nurin sejak sekolah menengah pertama (SMP) ketika umurnya masih belasan tahun. Ayahnya yang seorang TNI-AD memang mengajarkannya madiri sejak kecil.
”Walau ada lebih dari satu pembantu saat itu, kami (Nurin dan saudaranya, Red) diajarkan mandiri. Apa-apa harus bisa dilakukan sendiri,” kenangnya. Ayahnya pulalah yang mengajarinya memasak. Ternyata hal tersebut berlanjut hingga sekarang.
Perempuan yang selama 20 tahun bekerja di Polda Metro Jaya, Jakarta, itu memutuskan pindah ke Kediri lantaran suaminya. Sejak kecil, dia mengaku memang sering berpindah-pindah mengikuti tugas dinas ayahnya.
Banyak sekali tempat yang disinggahi Nurin. Dia lahir di Jawa Barat, memiliki ayah yang lahir di Makassar dan ibu di Palopo. Namun, bukan hanya tiga tempat tersebut yang pernah Nurin singgahi. Sebelum menetap di Palopo, dia pindah dari kota ke kota di Sulawesi Selatan. Karena itu, Nurin tak sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.
Perempuan berkacamata tersebut mengaku senang tinggal di Kediri karena harga-harga barangnya yang murah. Termasuk makanan favoritnya, ikan laut. Dia sangat senang mengolah ikan laut. Ikan pun dipilih Nurin sendiri di pasar.
Menurut dia, ada yang berbeda dari Palopo, Jakarta, dan Kediri. Yakni, ikannya. Di sini, Nurin sampai memiliki penjual ikan langganan yang setiap ikan segar baru datang, dirinya langsung dihubungi. ”Kalau di Jakarta, ikannya nggak segar. Di Palopo, ikannya mahal. Padahal di sana dekat laut hehehe,” ungkapnya.
Satu perbedaan lagi yang dirasakan Nurin di Kediri adalah bahasanya. Sejak kecil, dia hidup berpindahpindah tempat. Bahasa komunikasi tentu berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Itu terkadang membuat perbendaharaan kata Nurin beragam. (*/dea/c24/diq)