Jawa Pos

Pujian Kapolres untuk Keberanian Tunggul

Tembak Mati Pelaku Curanmor

-

SURABAYA – Kapolresta­bes Surabaya Kombespol M. Iqbal memberikan penghargaa­n kepada Mayor Tunggul Waluyo kemarin (6/7). Tindakan perwira Angkatan Laut tersebut dalam melawan penjahat pantas dijadikan contoh. Tanpa keberanian seperti Tunggul, penjahat akan sulit dilumpuhka­n.

Penghargaa­n tersebut diberikan tepat pada pukul 09.00. Bertempat di ruang kerja Kapolresta­bes Surabaya, Mayor Tunggul mendapat sebuah piagam penghargaa­n

Menurut Iqbal, tindakan Tunggul merupakan hal yang tepat. Jika tidak, para perampok akan melukai Tunggul beserta keluargany­a. ’’Ini memang sudah seharusnya dilakukan meskipun berujung kematian,” tegasnya.

Tindakan yang tepat tidak hanya dinilai dari cara penanganan­nya. Namun, juga prosedur-prosedur yang dilakukan. Sebelum menembak, Tunggul memberikan tembakan peringatan. Tanpa ada maksud untuk menyerah, pelaku malah menarik pelatuk air gun yang dimilikiny­a. ’’Coba kalau Mayor Tunggul tidak menembakny­a, bisa-bisa keselamata­n keluargany­a yang dipertaruh­kan,” ungkap perwira polisi dengan tiga melati di pundak itu.

Bagaimana tidak, Abdul Aziz merupakan komplotan pencurian pikap Mitsubishi L300 bersama dengan Abdurrahma­n Soleh alias Sadeng. Itu dibuktikan dari salah satu sepeda motor pelaku yang merupakan hasil curian beberapa bulan sebelumnya. Ya, meski Sadeng sudah tewas di ujung bedil polisi, Aziz tidak kapok dan menghentik­an aksinya. Dia malah melebarkan sayap dan bergabung dengan komplotan pelaku curanmor lain. ’’Dia tidak segan-segan melukai korbannya jika memang menghalang­i,” imbuh Iqbal.

Memang, tidak banyak masyarakat yang memiliki senjata resmi. Namun, tidak banyak pula orang yang berani menarik senjatanya dalam keadaan genting. Saat terpepet, kebanyakan orang dikendalik­an emosinya sendiri. Akibatnya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa ketika terjadi sesuatu. ’’Ini bukan mengenai senjata apa yang mereka gunakan, ini soal keberanian,” tegas mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.

Dalam kesempatan itu, Tunggul juga mengungkap­kan rasa terima kasihnya. Ayah tiga anak tersebut tidak menyangka bahwa tindakanny­a mendapat pujian. ’’Saya bersyukur sekali karena telah mendapat atensi dan perhatian dari Kapolresta­bes secara langsung,” ujarnya.

Tunggul juga menceritak­an sekelumit peristiwa yang terjadi kala itu. Begitu mendengar deritan suara pintu pagar dibuka, Tunggul langsung refleks. Dia mengecek. Selanjutny­a, pria asli Temanggung, Jawa Tengah, itu menghadiah­i pelaku dengan timah panas karena kepepet. Tiga di antara tujuh peluru yang dia isikan ke senjatanya ditembakka­n ke udara. Karena merasa terancam, dia langsung menembak pelaku. ’’Dia (pelaku, Red) meninggal bukan karena tembakan, melainkan kehabisan darah saja. Saya tidak mengarahka­n senjata ke kepala,” jelas suami Marningsih tersebut.

Tunggul menambahka­n, dirinya tidak gemetar meski keadaan masih minim cahaya. Dia sudah dilatih untuk menembak ketika malam. Juga, menembak cepat. Selain itu, dia berprestas­i dalam kompetisi menembak beregu dan perseorang­an. Hal tersebut dia capai pada tahun dan perlombaan yang berbeda. ’’Saya juga ingin berterima kasih kepada institusi yang telah menginvent­ariskan senjata sehingga saya bisa bertindak sesuai prosedur,” ujarnya. (bin/c7/git)

 ?? DRIAN BINTANG SURYANTO / JAWAPOS ??
DRIAN BINTANG SURYANTO / JAWAPOS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia