Jawa Pos

Sampah 20 Kubik Digilas 1,5 Jam

- ARISKI PRASETYO HADI

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo memiliki jagoan baru. Si Jagal namanya. Itu adalah alat yang bisa memilah sampah secara otomatis sekaligus memprosesn­ya dalam waktu cepat. Alat tersebut merupakan hasil utak-atik Gunawan Wibisono.

JAM menunjukka­n pukul 07.00. Sebanyak 20 petugas di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Banjarbend­o sudah sibuk. Ada yang bertugas memasukkan sampah ke mesin pemilah sampah. Ada juga yang bersiap di samping alat tersebut untuk memilah sampah. Sampah plastik diambil, lantas dimasukkan ke gerobak. Sementara itu, sampah nonplastik terus diproses dalam mesin pencacah untuk diolah menjadi kompos. Pupuk penyubur tanaman tersebut akan diberikan kepada warga sekitar.

Pukul 12.00 mesin dimatikan. Aktivitas seketika berhenti. Para pekerja beristirah­at setelah berjibaku dengan gunungan sampah. Ketika seluruh pegawai beristirah­at, ada satu orang yang tetap sibuk bekerja. Dia tampak mengutakat­ik sebuah mesin berukuran besar. Mesin itu memiliki panjang 3 meter dan tinggi 2 meter. Bentuk mesin tersebut mirip tangga besi putar. Besi tersebut disambungk­an dengan cara dilas pada besi bundar. Seluruh bagian mesin terbuat dari besi. ”Mesin ini bernama Si Jagal,” kata pria yang memperkena­lkan diri bernama Gunawan Wibisono itu.

Dia menyatakan, Si Jagal merupakan sebuah akronim, yaitu kepanjanga­n dari ”Sidoarjo Tidak Perlu Galau”. Alat itu berfungsi sebagai penghancur sampah. ”Si Jagal ini bisa melumat seluruh sampah,” ujarnya. Laki-laki 42 tahun tersebut adalah penemu mesin itu. Sampah yang masuk mesin langsung diproses. Tidak perlu dipisahkan antara organik dan anorganik. Dalam hitungan detik, sampah terpisah secara otomatis.

Tidak mudah membuat Si Jagal. Proyek besar itu dimulai setahun lalu. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) M. Bahrul Amig meminta Gunawan membuat mesin tersebut. ”Dengan pemisahan secara otomatis itu, pengolahan sampah berjalan cepat,” terang Gunawan. ”Dengan begitu, kami tidak disibukkan dengan memilah sampah,” lanjutnya.

Suami Reni Ulfa itu lantas bekerja. Awalnya, dia mengamati pengolahan sampah di TPST Banjarbend­o. Mulai sampah diturunkan dari gerobak, dipisahkan, hingga diproses. Berdasar hasil pengamatan, dia mengakui bahwa pekerjaan sebagai pengolah sampah sangat memberatka­n. ”Sampah yang datang (dibuka plastiknya, Red). Kalau petugas tidak datang, sampah pasti menumpuk,” tuturnya.

Pengamatan berjalan cukup lama. Tiga bulan lamanya. Setelah itu, dia memberanik­an diri untuk membuat sebuah mesin. Mulanya, dia menggambar bentuk kasar rangka mesin. Mirip sebuah kumparan. Nah, kumparan tersebut dimasukkan dalam besi sepanjang 3 meter. Pembuatann­ya membutuhka­n seminggu dan menelan biaya Rp 7 juta. Ketika diuji coba, mesin tidak berjalan maksimal. Sampah tidak bisa terpisah otomatis. Selain itu, pengolahan­nya berjalan lambat. Saat 5 menit mesin tersebut berjalan, Gunawan sudah merasa bahwa penemuanny­a belum optimal. ”Uang Rp 7 juta terbuang sia-sia,” tandasnya.

Gunawan tidak kapok. Dia kembali membuat mesin. Kali ini penutupnya dibuat berbentuk kotak. Juga, ditambah sudut besi putar dengan tiang bundar. Pria kelahiran Surabaya, 1 Juni 1976, itu menganalog­ikan seperti kipas angin.

Mesin kedua tersebut terbilang sangat cepat. Dalam uji coba pertama selama 6 menit, mesin itu bisa memisahkan 6 kubik sampah. Uji coba kedua, 12 kubik sampah dipisahkan dan diolah dalam 30 menit. Yang terakhir, 20 kubik sampah digilas hanya dalam 1,5 jam. ”Kalau pakai mesin pengolah biasa, bisa sampai 4 jam,” terangnya.

Saat ini mesin itu diproduksi masal. Rencananya, Si Jagal dipasang di lima wilayah. Yakni, Tambak Rejo, Krian, Lingkar Timur, Taman, dan Banjarbend­o. Lima daerah tersebut dipilih karena jumlah sampahnya sangat banyak.

Gunawan menerangka­n, ilmu yang dipelajari untuk membuat mesin benarbenar otodidak. Dia mengaku hanya tamatan SMA. Pria yang dulu sebagai pemulung itu lantas bekerja di perusahaan plastik di Jakarta. Kemudian, dia merantau ke Bali dan kembali menjadi pemulung. Setelah itu, dia kembali ke Jakarta. Di Jakarta, bakat membuat mesin makin terasah. ”Dan, hasilnya mesin Si Jagal ini,” paparnya. (*/c16/ai)

 ??  ?? disuweki
disuweki

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia