Pertahankan Rumah demi Anak-Cucu
BANGUNAN lawas juga ditemui di perkampungan Desa Sawohan, Buduran. Sentuhan kolonial Belanda masih melekat di beberapa rumah di desa wilayah pesisir timur itu. Di area fasad terdapat ukiran angka yang menerangkan tahun pembangunan rumah tersebut. Salah satunya, di kediaman orang tua Bupati Sidoarjo Saiful Ilah. Ada tulisan angka 1912.
Rumah itu sepi saat Jawa Pos berkunjung kemarin (6/7). Tidak ada penghuni yang memang menetap di sana. Pada tinggal di Kota Sidoarjo,’’ kata Kepala Desa Sawohan Nurul Munfatik. Meski demikian, kondisi rumah tinggal tersebut masih sangat terawat. Pilar besi yang dicat cokelat senada dengan pintu dan jendelanya masih terlihat apik. Hiasan di bagian kusen pintu yang melengkung panjang menambah keindahan rumah itu. Ada yang bagian membersihkan. Makanya ya rapi terus,’’ ucap Kasi Kesra Desa Sawohan M. Mahfudz.
Dia bahkan dengan nyaman duduk di kursi besi tua yang berjajar di teras rumah. Saat menemani Jawa Pos berkeliling kemarin, Mahfudz bercerita bahwa terdapat beberapa rumah yang dahulunya dipakai tempat sembunyi para pejuang ketika tentara Belanda membombardir wilayah tersebut. Termasuk bapak saya dulu ya ikut. Perang lawan Belanda, sampai zaman Jepang ikut terus,’’ katanya.
Mahfudz menjelaskan, banyak mitos turuntemurun mengenai kondisi perkampungannya saat itu. Berada di dekat area pesisir yang berbatasan dengan Selat Madura dan Laut Pasuruan, Laut Kepetingan di wilayah Desa Sawohan banyak dimanfaatkan sebagai jalur transportasi laut.
Rumah orang tua bupati bukan satu-satunya. Masih ada belasan rumah tua yang masih terurus di lingkungan RT 2, RW 1, tersebut. Salah satunya, milik suami-istri Jazulih, 59, dan Khudrotun, 52. Kediaman mereka berada di sebelah Masjid Besar Desa Sawohan. Warna khas putih tulang menjadi cat yang dipertahankan mereka. Bahkan, ornamen keramik bermotif teratai yang terpasang di pilarpilar rumah masih dipertahankan pasangan yang masuk generasi ketiga itu. Ini sudah ditawar beberapa orang,’’ ujar Khudrotun sembari mengelus keramik yang berbentuk vertikal tersebut.
Keduanya mengaku akan mempertahankan rumah itu agar tampak seperti aslinya. Mulai keramik bermotif, pintu dan jendela kayu, sampai lemari tempel di ruang tengah. Khudrotun lantas menunjukkan koleksi buku dan kitab Islami milik keluarganya yang tersimpan di dalam lemari tersebut. Ini peninggalan Abah Sholeh buat keturunannya (keluarga Bani Haji Sholeh Abdul Rachman, Red),’’ ungkapnya. (via/c20/ai)