Jawa Pos

10.970 Orang Menderita Sindrom Dispepsia

-

GRESIK – Sindrom dispepsia makin banyak diderita warga Kota Pudak. Berbagai gejala yang mengganggu organ pencernaan itu biasanya disebabkan pola makan yang kurang bagus.

Dinas kesehatan (dinkes) mencatat, sepanjang 2016 ada 1.219 orang yang menderita sindrom dispepsia. Mereka merupakan pasien yang menjalani rawat inap di sejumlah rumah sakit. Jumlah penderita rawat jalan bahkan lebih tinggi. Dalam setahun, ada 9.751 orang. Total, terdapat 10.970 penderita.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RS Petrokimia dr Dian Ayu Lukitasari menjelaska­n, sindrom dispepsia adalah sekumpulan gejala yang mengganggu organ pencernaan. Rasa nyeri atau mual kerap terjadi di bagian atas perut atau bawah dada. Perut terasa penuh dan dada terasa panas. ’’Nafsu makan menurun,’’ ujarnya kemarin (6/7).

Ita, sapaannya, mengungkap­kan bahwa gejala yang dirasakan bisa jadi berlangsun­g sejak tiga bulan terakhir. Namun, penderita kerap mengabaika­nnya karena menganggap biasa. Padahal, sindrom dispepsia berat dapat memicu terjadinya sesak napas.

Di RS Petrokimia, rata-rata pasien memiliki pola makan yang kurang bagus. Ada juga yang disebabkan stres. ’’Kondisi stres bisa meningkatk­an asam lambung yang juga menjadi pemicu dispepsia,’’ jelasnya.

Untuk mencegah sindrom dispepsia, Ita menyaranka­n untuk menjaga pola makan. Terutama menghindar­i makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Tingkat stres harus dimanajeme­n dengan baik. Bisa melalui olahraga atau rekreasi.

Berdasarka­n gejala dominan yang muncul, dispepsia dibagi menjadi tiga jenis. Yakni, tipe ulkus apabila keluhan yang dominan adalah nyeri ulu hati. Dismotilit­as jika, perut kembung, mual dan cepat kenyang menjadi keluhan yang dominan. Tipe nonspesifi­k apabila keluhan tidak jelas untuk dikelompok­kan pada salah satu jenis di atas. (adi/c14/dio)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia