Pertahankan Mesin Uker Manual
SIDOARJO – Uap mengepul dari rumah produksi kerupuk uker terasi milik Hadi Mukari, 68. Warga Desa Janti, Tulangan, itu sedang memantau kinerja pegawainya. Sesekali, Hadi juga ikut membantu proses peminda han adonan kerupuk yang telah dicetak. Bersama Tri Budi, putranya, Hadi setia menjalankan usaha mikro kecil menengah ( UM KM) yang dirintiskan sejak usia belia tersebut.
Ada yang khas dari dapur produksi milik Hadi. Yakni, mesin penggiling kerupuk uker manual yang masih dioperasikan. Ada dua unit. Satu berada di depan pintu masuk dapur, yang lain berada di pintu dekat halaman penjemuran. Nah, mesin itu masing-masing dijalankan lima pekerja.
Rata-rata pegawai Hadi sudah berpengalaman. Ny Singah, misalnya. Perempuan 52 tahun itu sudah sangat lama bekerja sebagai pencetak uker. Puluhan tahun. Tangannya dengan cepat menu- angkan adonan hasil gilingan yang berbentuk layaknya tali. Dia dengan sigap melingkarkan adonan rasa terasi itu hingga menjadi kerupuk uker setengah jadi.
’’Mesin manual terus dipertahankan. Soalnya ya sudah senior, yang sepuh-sepuh terbiasanya pakai mesin itu. Disuruh dengan mesin otomatis ya susah,” paparnya.
Hadi mengaku tak mau memberhentikan pegawai yang setia pa- danya sejak 1975, meski usia mereka telah senja. ’’Saya kan niatnya membangun lapangan pekerjaan buat mereka. Kasihan, banyak yang sudah janda,” ujar pria yang hobi memelihara ayam jago tersebut.
Meski demikian, Budi sudah meng-upgrade fasilitas di dapur produksinya. Kini, tersedia dua mesin pencetak uker otomatis. Lagi-lagi harus dijalankan dengan kecepatan. (via/c17/hud)