PKB Terendah, Hanura Tertinggi
Tingkat Kehadiran di Paripurna Masa Sidang 2016–2017
JAKARTA – Sidang paripurna sebagai forum rapat tertinggi di DPR tidak dihadiri banyak anggota dewan. Dari empat kali masa sidang periode 2016–2017, rata-rata persentase kehadiran anggota dewan dari sepuluh fraksi tidak mencapai 50 persen. Bahkan, ada fraksi yang tingkat kehadiran anggotanya di sidang paripurna di bawah 30 persen.
Berdasar data yang dihimpun dari wikiDPR, mayoritas fraksi mencatat kehadiran di paripurna di bawah 50 persen. Pada masa sidang I periode 2016–2017 yang berlangsung 16 Agustus hingga 28 Oktober 2016, wikiDPR mencatat Fraksi PPP memiliki tingkat kehadiran terendah, yakni 35,9 persen. Itu merupakan catatan tim gabungan wikiDPR dari sebelas paripurna yang digelar pada masa sidang tersebut.
Pada masa sidang II yang berlangsung 16 November hingga 15 Desember, DPR menggelar paripurna tiga kali. Kali ini Fraksi PKS mencatat tingkat kehadiran terendah dari hasil perekaman wikiDPR, yakni 32,5 persen. Rata-rata hanya ada 13 di antara 40 anggota Fraksi PKS yang hadir dalam sidang paripurna.
Pada masa sidang ke-3 dan ke-4 yang berlangsung 2017, Fraksi PKB mencatat kehadiran terendah dalam paripurna. Data wikiDPR menyebutkan, pada masa sidang ke-3 yang berlangsung 10 Januari sampai 23 Februari 2017, Fraksi PKB hanya mencatatkan 38,30 persen kehadiran. Rata-rata hanya 18 di antara 47 anggota Fraksi PKB yang hadir di tiga kali paripurna di masa sidang ke-3.
Di masa sidang ke-4, Fraksi PKB mencatat kehadiran lebih rendah. WikiDPR mencatat tingkat kehadiran 29,79 persen. Dari lima kali paripurna di masa sidang ke-4 pada 15 Maret hingga 28 April 2017, rata-rata hanya ada setidaknya 14 anggota Fraksi PKB yang menghadiri forum tertinggi DPR itu.
Dari seluruh fraksi, Partai Hanura mencatat tingkat kehadiran tertinggi di dua masa sidang, yakni di masa sidang ke-2 dan ke-3. Fraksi Partai Hanura mencatatkan 62,5 persen kehadiran anggotanya di dua masa sidang itu.
Koordinator sekaligus pendiri wikiDPR Hayati Indah Putri saat dikonfirmasi memastikan bahwa data yang dikumpulkan para staf dan relawan wikiDPR memiliki akurasi. Dalam tingkat kehadiran anggota dewan di paripurna saja, para relawan mencatat secara detail tingkat kehadiran setiap fraksi. ”Saat bel paripurna bunyi, kami sudah menghitung data kehadiran,” katanya kepada Jawa Pos.
Menurut Indah, sebagai data pembanding, wikiDPR juga mendapatkan data kehadiran paripurna dari Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR. Biasanya, data presensi Setjen DPR lebih tinggi karena ada anggota dewan yang terkadang hadir di tengah atau menjelang akhir sidang. ”Selama ini belum ada yang komplain karena kami memang pegang datanya,” ujar dia.
Menanggapi data yang dirangkum wikiDPR, Sekretaris Fraksi PKB Cucun Ahmad Syamsurijal memberikan bantahan. Menurut Cucun, tidak benar penyebutan bahwa di masa sidang ke-3 dan ke-4 Fraksi PKB mencatat tingkat kehadiran terendah dibanding fraksi lain. ”Kami punya catatannya. Kehadiran kami di atas 50 persen,” ungkap Cucun di gedung parlemen kemarin (12/7).
Menurut Cucun, sebagai sekretaris fraksi, dirinya mencatat dan memperhatikan betul tingkat kehadiran para anggota Fraksi PKB. Apalagi, selama ini para kepala pokja komisi selalu rutin memberikan laporan kepada pimpinan fraksi. ”Baik rapat paripurna maupun komisi, kami selalu ada laporan periodik. Saya juga selalu pantau,” tegasnya.
Peneliti Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia Lucius Karus menilai tingkat kemalasan anggota DPR sudah nyaris menjadi legenda. Selama DPR di era reformasi, belum ada sekali pun prestasi yang berhasil dicatat soal tingkat kehadiran. ”Rendahnya kehadiran anggota DPR pada rapat memperlihatkan penyakit kronis, yang berimpitan dengan penyakit lain, yakni korupsi,” cetus Lucius.
Pekerjaan mengikuti rapat, tegas Lucius, seharusnya bukan hal yang sulit. Apalagi, fasilitas-fasilitas untuk menghadiri rapat sudah memadai. Hadir di rapat sesungguhnya bentuk komitmen anggota DPR untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. ”Ketika birokrasi ramai-ramai berlomba mendisiplinkan staf, DPR masih asyik dengan gaya kerja malas minim hasil,” kritiknya. (bay/c9/fat)