Ekspansi Kredit, Bank Giat Cari Utang
Makin Marak Terbitkan Obligasi
JAKARTA – Memasuki awal semester kedua, perbankan semakin aktif mencari pendanaan lewat surat utang. Sebab, kebutuhan untuk ekspansi kredit pada semester kedua biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan enam bulan pertama. Selain itu, beberapa bank berniat mengubah rencana bisnis bank (RBB) setelah mendapatkan data-data kinerja pada semester I.
Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk John Simon menyatakan, pihaknya berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap II senilai Rp 1 triliun. ”Sebenarnya kami bisa serap dari obligasi itu kira-kira sampai Rp 2 triliun. Tapi, kami tidak mau price war (perang harga). Kalau cocok, kami ambil (utangnya, Red),” jelasnya saat public expose kemarin (12/7).
Obligasi tersebut terbagi dalam tiga seri dengan kupon antara 6,75–8,45 persen. Surat utang itu diterbitkan untuk menambah kemampuan bank menyalurkan kredit konsumer dan UKM. Saat ini, porsi keduanya mencapai 50 persen terhadap total penyaluran kredit. Perseroan berharap porsi kredit UKM dan konsumer mencapai 60 persen tahun depan. Selain itu, perseroan ingin memperkuat platform digital. Meski mempunyai target cukup tinggi, John mengaku tetap akan berhatihati memberikan yield.
Sebab, mayoritas pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseroan disumbang dana murah. Pertumbuhan DPK BNGA pada kuartal I lalu mencapai 1,9 persen secara year-on-year (yoy). Dana murah tumbuh paling tinggi 9,2 persen sehingga kontribusinya terhadap DPK menjadi 55,74 persen. Perseroan tidak ingin yield obligasi malah menjadi beban. Yang jelas, emiten berkode BNGA itu tetap memberikan yield menarik tanpa membebani kinerja perseroan.
Bank lain yang juga menerbitkan obligasi adalah PT Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap). Obligasi yang diterbitkan bernilai Rp 2 triliun serta dibagi dalam dua seri dengan kupon 8,5–8,75 persen. Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso mengungkapkan, penerbitan obligasi tersebut dilakukan untuk menggenjot penyaluran kredit UMKM dan kredit untuk pensiunan. ”Kredit untuk pensiunan pada kuartal II meningkat paling tinggi 552,1 persen menjadi Rp 5,22 triliun,” ucapnya.
Sementara itu, ada bank yang telah meraup dana hasil penerbitan obligasi. Misalnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk atau (BTN). Emiten berkode BBTN tersebut meraup dana Rp 5 triliun dari penerbitan obligasi berkelanjutan III tahap I tahun 2017. Obligasi itu telah melewati masa penawaran awal dan penawaran umum hingga 10 Juli 2017. ”Obligasi itu mendapat sambutan baik, terutama dari dana pensiun yang mencatatkan pembelian terbanyak. Sesuai dengan rencana awal, dana segar hasil penjualan obligasi akan digunakan untuk ekspansi kredit, terutama KPR (kredit pemilikan rumah) yang merupakan core business BTN,” ujar Direktur Utama BTN Maryono. (rin/c23/sof)