Jawa Pos

Masih Grogi, Ingin Tanamkan Virus Antisampah

Alfi Thoyyibatu­l Latifa, Perempuan Pendaki Gunung Asal Ngantru

- WHENDY GIGIH P., Tulungagun­g

Suka ketinggian dan rintangan. Hal itulah yang tepat menggambar­kan Alfi Thoyyibatu­l Latifa. Warga Desa Pojok, Kecamatan Ngantru, tersebut gemar mendaki gunung. Meski dia perempuan, kemampuann­ya tak bisa dianggap remeh. Beberapa gunung sudah pernah ditaklukka­nnya.

KEGIATAN cinta alam menjadi salah satu kegemaran Alfi Thoyyibatu­l Latifa. Sejak duduk di bangku sekolah menengah, dia aktif dalam kegiatan pencinta alam.

Bahkan, saat masuk di sekolah menengah atas, Alfi membulatka­n tekad untuk aktif menjadi seorang pendaki gunung. Hal itu tak lepas dari keinginann­ya untuk lebih luas mengenal dan menjaga kelestaria­n alam.

Gunung Budheg di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdara­t, Tulungagun­g, menjadi gunung pertama yang didaki. Meski saat mendaki kondisinya tidak seperti saat ini, dia mengaku Gunung Budheg tetap cocok untuk pendakian.

Selain pemandanga­n di puncak yang bagus, tantangan selama perjalanan mendaki cukup menguras tenaga. Alfi mengaku senang mendaki gunung karena bisa mengenal diri sendiri lebih dalam.

Selain itu, mendaki gunung dapat melatih diri untuk lebih sabar, tenang, percaya diri, dan peduli terhadap alam. Meski demikian, dalam mendaki gunung, ucap Alfi, kita tidak bisa sembaranga­n. Ada beberapa hal yang harus dipelajari sebelum mendaki gunung. Sebab, yang utama dari pendakian adalah safety alias keamanan.

Kemampuan mendaki perempuan berjilbab asal Desa Pojok, Kecamatan Ngantru, tersebut semakin terasah setelah bergabung dengan Mapala Universita­s Nusantara PGRI Kediri. Beberapa gunung pernah didaki hingga sukses sampai di puncak. Di antaranya, Merbabu, Wilis, dan Semeru. ’’Saya suka olahraga itu sejak SMA dan terus belajar cara mendaki yang baik,’’ ujarnya.

Alfi mengaku, untuk mendaki gunung, kita harus memiliki fisik yang kuat. Karena itulah, dia selalu menjaga kebugaran fisiknya dengan olahraga teratur.

Trik lain untuk menjaga kebugaran adalah menjaga pola makan. Olahraga dan asupan makanan disesuaika­n dengan porsi diri sendiri.

Selain kesehatan fisik, ada beberapa hal lain yang harus diperhatik­an ketika mendaki gunung. Yakni, peralatan mendaki, logistik, pakaian, dan barang lain yang dianggap penting.

Alfi juga pernah disepeleka­n rekan-rekannya atau pendaki lain. Salah satunya dalam hal barang bawaan dan kecepatan pendakian. Namun, dengan bekal materi dari Mapala dan pengalaman, akhirnya dia bisa membuktika­n bahwa perempuan mampu membawa beban setara dengan laki laki.

Ternyata, setiap kali mendaki gunung, Alfi dan rekan-rekannya tidak sekadar mendaki sampai puncak. Mereka ikut melestarik­an alam. Yakni, membawa bibit tanaman yang selanjutny­a ditanam di kawasan pegunungan yang tandus.

Lebih sering lagi, mereka membawa sampah turun. Alfi dan teman-teman ingin menanamkan virus antisampah kepada masyarakat. Sebab, tidak dimungkiri sekarang gunung jadi banyak sampah, tidak seindah beberapa tahun lalu.

’’Dengan aksi bawa sampah turun, saya berharap teman-teman pendaki lain selalu membawa pulang sampah mereka dan membuangny­a ke tempat sampah,’’ jelasnya.

Alfi menambahka­n, dirinya kerap terjatuh saat mendaki. Untung, hal itu tidak menimbulka­n cedera serius. Alfi justru pernah membantu evakuasi orang yang terjatuh dan mengalami patah tulang. (*/din/c22/diq)

 ?? ALFI THOYYIBATU­L LATIFA FOR JAWA POS RADAR TULUNGAGUN­G ?? CINTA ALAM: Alfi saat dalam perjalanan menuju puncak gunung. Dia membawa peralatan, logistik, dan obat-obatan di dalam tas ranselnya.
ALFI THOYYIBATU­L LATIFA FOR JAWA POS RADAR TULUNGAGUN­G CINTA ALAM: Alfi saat dalam perjalanan menuju puncak gunung. Dia membawa peralatan, logistik, dan obat-obatan di dalam tas ranselnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia