AJC Jadi Tolok Ukur Nomor Rangkap
PP PBSI Tidak Mau Tertinggal
JAKARTA – Potensi pebulu tangkis muda Indonesia dalam ajang Badminton Asia Junior Championship (AJC) cukup besar. Mereka berpeluang memberikan kejutan dalam ajang tahunan khusus kelompok junior tersebut. Tidak sekadar untuk mengejar prestasi, PP PBSI pun menjadikan ajang itu sebagai tolok ukur kebijakan menurunkan pemain di dua nomor sekaligus alias rangkap.
AJC 2017 yang berlangsung di GOR Jaya Raya, Bintaro, pada 22–30 Juli bakal menjadi etalase pemain muda tanah air sekaligus menjadi ajang untuk menjajal kemampuan di nomor rangkap.
Sebagaimana diketahui, tren pebulu tangkis dunia saat ini mengharuskan ganda turun di nomor rangkap. Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Denmark, dan Thailand sekali pun menerapkan kebijakan yang sama. Harapannya jelas, ada variasi prestasi yang bisa dimaksimalkan.
Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto menjelaskan, pihaknya saat ini tidak menutup mata atas tren baru di bulu tangkis dunia. ”Dulu pemain kita, Verawati Fajrin, misalnya, bisa tampil di tiga nomor, sekarang mulai ada rangkap lagi,” katanya. Program intensifikasi dipusatkan kepada pebulu tangkis junior Pelatnas Cipayung. Para pemain muda diharapkan bisa tampil lebih optimal. ”PBSI tidak alergi dengan itu (kebijakan main rangkap, Red),” ungkapnya.
Sementara itu, Thomas Indratjaja, pelatih ganda putra pelatnas pratama, menjelaskan bahwa kebijakan menurunkan pemain di dua nomor sekaligus tersebut bukannya tanpa risiko. ”Yang pertama adalah ancaman kelelahan. Karena itu, persiapan tiga bulan terakhir menjadi modal penting buat anak-anak,” ucapnya.
Pada AJC 2017 nanti, sebagai tuan rumah, Indonesia enggan malu di kandang. Sebelumnya, PP PBSI menegaskan, tim beregu diharapkan bisa menembus semifinal. Untuk nomor-nomor individu, PBSI masih berharap banyak kepada sosok pebulu tangkis yang akan melakukan transisi ke kategori senior tahun depan.
Sementara itu prospek ganda campuran Indonesia masih cukup cerah dalam beberapa tahun ke depan. Bukti tersebut disajikan Yantoni Edi Saputra/Marsheilla Gischa Islami yang sukses mengakhiri Malaysia International Series 2017 dengan torehan gelar juara. Pada final kemarin (16/7), mereka menang atas pasangan India K. Nandagopal/Mahima Aggarwal (India) 21-19, 21-9.
Kemenangan itu membuka keran gelar Yantoni/Gischa tahun ini. Secara teknis, mereka memang masih kompetitif di level turnamen sekelas international series. Tahun lalu pasangan tersebut menjadi kampiun di USM Victor International Series Challenge dan Singapore International Series 2016. (nap/c23/ady)