Terbesar dalam Sejarah
Federer Raih Grand Slam Ke-19 di Usia 35 Tahun
LONDON – Servis keras Roger Federer yang gagal dijangkau Marin Cilic kemarin malam WIB membuat maestro Swiss itu mencatatkan sejarah besar di tanah Inggris. Menjelang umur 36 tahun bulan depan, Federer memeluk gelar Wimbledon kedelapan. Dia resmi menjadi kolektor terbanyak trofi grand slam tertua di muka bumi itu.
Tidak ada selebrasi berlebihan yang dilakukan Federer setelah menjadi juara. Namun, tangisan harunya sesaat setelah dia duduk di sisi lapangan sesudah pertandingan sungguh punya arti begitu dalam.
’’Bisa kembali tampil di Wimbledon adalah hal luar biasa. Dan kembali mengangkat trofi tanpa kehilangan satu set pun, ini adalah keajaiban. Aku belum percaya semua ini. Seperti mimpi saja. Aku masih merasa ini semua berlebihan,’’ kata Federer dalam sambutan kemenangannya yang disambut tepuk riuh penonton.
Delapan gelar Wimbledon membuat Federer mengungguli legenda Amerika Serikat Pete Sampras dan William Renshaw (Inggris) yang masing-masing telah mengoleksi tujuh trofi.
Tampil di hadapan lebih dari 15 ribu penonton yang memadati center court, Federer begitu digdaya untuk menumbangkan Cilic. Dia menaklukkan petenis jangkung setinggi 198 cm asal Kroasia itu hanya dalam tempo 1 jam 41 menit dengan skor telak 3-6, 1-6, 4-6.
Hasil itu sekaligus membuat Federer memenangi grand slam tanpa kehilangan satu set pun, menyamai legenda terbesar Swedia Bjorn Borg yang juga melakukan hal yang sama pada 1976.
Trofi kedelapan Federer di Wimbledon kemarin sekaligus menjadi trofi ke-19 dia dalam ajang mayor. Terbanyak dalam sejarah. ’’Aku berharap ini bukan pertandingan terakhirku di Wimbledon. Aku ingin kembali tahun depan,’’ ucap Federer.
Cilic sendiri bermain tidak maksimal karena mengalami cedera pada telapak kaki kirinya. Saat tertinggal 0-3 pada set kedua, dia mendapatkan perawatan medis secara intensif. Bahkan, dia sampai menangis, kecewa karena membayangkan akan mundur di tengah pertandingan.
Namun, pada set ketiga, Cilic tiba- tiba mampu bermain baik dan melawan Federer. Atas usaha itu, Cilic mendapat simpati dari penonton. Namun, banjir kesalahan sendiri yang mencapai 23 kali (Federer delapan kali) menjadi biang kerok kekalahan juara
Amerika Serikat Terbuka 2014 itu.
’’Aku tidak pernah menyerah sepanjang karirku. Aku sudah melakukan yang terbaik dan ini adalah perjalanan luar biasa,’’ ucap Cilic.
Atas perjuangan me muji setinggi langit semangat juang Cilic yang dahsyat. Walaupun bertarung keras melawan kesakitan intens pada tubuhnya, Cilic masih bisa bermain dan tidak mundur di tengah jalan. ’’ Dia adalah pahl a w a n ,’’ kata Fed e re r. ’’ Dan dia harusnya bangga dengan fakta itu,’’ imbuhnya. (irr/c5/ nur)