Jawa Pos

Sensasi Menuju Benteng Lodewijk

Sampai di Mengare, rasanya tidak sabar segera mengeksplo­rasi potensi pulau mungil itu. Destinasi pertama yang kami datangi adalah Benteng Lodewijk. Yakni, benteng pertahanan tentara Belanda yang berdiri sejak 1808.

-

PERJALANAN menuju areal Benteng Lodewijk bisa ditempuh dengan dua cara, jalur darat dan laut. Perjalanan jalur darat melewati jalan kampung Dusun Sisir Barat, Desa Tanjungwid­oro. Sekitar 150 meter dari jalan utama desa, pengunjung harus melintasi jalan tambak yang sudah dibeton sepanjang 500 meter. Jalan tersebut hanya bisa dilintasi sepeda motor karena lebarnya 1,5 meter.

Di ujung jalan, pengunjung menyeberan­gi Sungai Cemara dengan perahu tambang. Lebar sungai 18 meter. Tarif per orang plus sepeda motor hanya Rp 2 ribu. Sukses menyeberan­gi sungai, pengunjung akan melintasi jalan tambak. Sisi kiri-kanan berupa tambak dan dipenuhi tanaman mangrove. Jalannya berliku-liku sepanjang 1,5 kilometer. ’’Meski agak panjang, kami sudah pasang tulisan pe tunjuk ke arah benteng agar pengunjung tidak tersesat,” kata Gatot Winarko, pemandu wisata areal Benteng Lodewijk.

Selain hijaunya alam, pengunjung tidak akan bosan karena suara burung dan aneka satwa bersiul-siul mengiringi perjalanan. Burungburu­ng terbang rendah di pematang tambak. Selain itu, ada gerombolan kera yang kerap bergelantu­ngan di pohon mangrove.

Sepeda motor harus berhenti di ujung pematang tambak yang berbatasan langsung dengan garis pantai. Kendaraan diparkir dengan tarif Rp 3 ribu. Dari titik parkir, pengunjung berjalan kaki sekitar 150 meter menuju lokasi benteng. ’’Bisa masuk melalui pintu barat atau barat daya,” ucap Gatot.

Untuk jalur laut, pengunjung bisa menyewa perahu nelayan. Tarifnya, Rp 150 ribu untuk pulang-pergi. Pemberangk­atan dilakukan dari Dermaga Tanjungwid­oro ke arah benteng dan sebaliknya.

Perahu akan menyusuri Sungai Cemara. Udaranya sejuk. Pengunjung akan dimanjakan oleh hutan mangrove yang tumbuh lebat di sepanjang sungai. Beberapa batang, akar, dan dahannya menjuntai ke tengah sungai. Burung-burung terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Suaranya mengiringi deru mesin perahu. Per tunjukkan alam tersebut benar-benar tampak harmoni.

Keluar dari mulut sungai, kapal langsung bertemu dengan hamparan laut lepas. Dari mulut sungai, terlihat gugusan Pulau Madura. Pada musim angin timur seperti saat ini, guncangan ombak tidak terlalu besar. Ombak tidak bersahabat pada Desember, Januari, dan Februari.

Selain menggunaka­n perahu nelayan, ada alternatif lain untuk menikmati pemandanga­n Benteng Lodewijk. Yaitu, paket wisata dengan tarif Rp 25 ribu per orang. Biaya tersebut sudah termasuk ongkos perahu plus pemandu wisata. ’’Semua pengunjung bilang sangat murah. Nggak apa-apa. Sebab, tujuan awalnya, kami ingin potensi wisata alam Mengare dikenal lebih dahulu,” ujar Gatot.

Nah, dengan mencoba jalur darat atau laut menuju areal benteng, sama sekali tidak ada ruginya. Semua samasama asyik.

***** Begitu pengunjung menginjakk­an kaki di areal Benteng Lodewijk, perasaan menjadi campur aduk. Ada rasa takjub, penasaran, sekaligus heran.

Benarkah ini sebuah benteng? Bagaimana bentuk awal benteng ini? Bagaimana cara membuatnya? Berbagai pertanyaan langsung menyeruak di benak kami.

Sebab, jangan dibayangka­n Benteng Lodewijk masih berupa bangunan yang tinggi dan kukuh. Benteng tersebut hancur sejak tentara Belanda tidak memfungsik­an Benteng Lodewijk pada 1857. Tahun itu tentara Belanda pindah tempat dan mendirikan benteng serupa di Surabaya.

Yang terlihat di dalam benteng itu, rerimbunan pohon dan semak belukar. Memang masih ada beberapa jejak yang berupa bekas bangunan di dalamnya. Antara lain, dua sumur, gundukan tembok pintu masuk benteng di sisi selatan, serta tembok fondasi yang melingkari bangunan benteng. ’’Ini benar-benar pengalaman berpetuala­ngan yang sangat menyenangk­an. Sangat langka,” ucap Abdul Manaf, salah seorang pengunjung. (*/c20/dio)

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia