Pagi Ini, Ortu Antar Siswa di Hari Pertama Sekolah
SURABAYA – Hari ini menjadi hari pertama sekolah pada tahun pelajaran baru. Selama tiga hari mendatang, siswa baru mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Banyak pihak yang ikut memantau MPLS.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rachman mengimbau wali murid agar mengantarkan putra-putrinya ke sekolah. Tujuannya, para wali murid mengenal, memahami, dan mengetahui lingkungan sekolah baru putraputrinya. ”Artinya, wali murid juga bertanggung jawab,” katanya.
Para wali murid harus memiliki tanggung jawab terhadap pengasuhan dan pendidikan putraputrinya. Dengan kata lain, mereka tidak serta-merta melimpahkan tanggung jawab kepada sekolah. ”Tanggung jawab bahwa wali murid menyekolahkan putraputrinya di sini,” terangnya.
Wali murid yang bekerja tentu mendapat dispensasi waktu untuk mendampingi anaknya ke sekolah. Saiful menyebutkan, tidak ada ketentuan khusus tentang dispensasi waktu tersebut. ”Fleksibel saja,” tuturnya.
Pada hari pertama sekolah, para siswa baru mengikuti MPLS. Pihaknya juga memantau pelaksanaan MPLS agar tertib dan tidak ada perpeloncoan. Bahkan, kerja sama dengan Polda Jawa Timur melalui satuan pembinaan masyarakat (satbinmas) se-Jatim juga dilakukan.
Polda Jatim, imbuh dia, dilibatkan bukan untuk mengawasi. Melainkan bersama-sama dengan Dispendik Jatim memasukkan materi program yang baik di seko lah. Termasuk menekan terjadinya radikalisasi.
Dewan Pendidikan Jawa Timur juga ikut memantau pelaksanaan MPLS. Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof Akh. Muzakki mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk mengawasi. Termasuk wali murid. Menurut dia, ada dua hal yang patut diwaspadai. Yakni, praktik perpeloncoan dan bullying.
Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu menegaskan, MPLS harus berorientasi pada sosialisasi siswa ke lingkungan sekolah yang baru. Karena itu, praktiknya harus berujung pada motivasi anak. ”Bukan demotivasi,” ungkapnya.
Demotivasi yang dimaksud adalah praktik kekerasan yang membuat motivasi siswa menurun. Misalnya, kekerasan fisik, psikis, dan verbal. Berbagai tindak kekerasan itu bisa mengakibatkan siswa menarik diri dari kebutuhan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. ”Akibatnya, siswa bisa kehilangan semangat untuk bersekolah,” terangnya.
Karena itu, pada hari pertama sekolah, dia mengimbau orang tua untuk mengantarkan putraputrinya ke sekolah. Bahkan, menjemputnya ketika pulang sekolah. Yang tidak kalah penting adalah orang tua juga berkomunikasi dengan pihak sekolah melalui guru. ”Menyerahkan secara simbolis kewenangan mendidik agar terjadi kesepahaman tentang pendidikan anak,” jelasnya.
Sementara itu, Waka Kesiswaan SMKN 7 Diyanto mengungkapkan, sudah ada berbagai kegiatan yang disusun untuk mengenalkan lingkungan sekolah kepada siswa baru. Salah satunya melalui pemberian materi di kelas. Yakni, tentang wawasan wiyata mandala, pendidikan karakter, dan tata krama. Yang penting, lanjut dia, adalah mengenalkan lingkungan sekolah dan membentuk karakter sejak dini.
Di jenjang SMP, Kepala SMPN 45 Triworo Parnoningrum sudah menyusun program atau konsep kegiatan layanan orientasi siswa (LOS) selama tiga hari. Di antaranya, mengenal guru, tenaga kependidikan, teman-teman baru, kakak kelas, dan masyara k at sekolah lainnya. Juga, memahami program, tata tertib, dan tindakan yang positif di sekolah. (puj/kik/c7/git)