Jawa Pos

AKSI BONEKA RAKSASA

Les Grandes Personnes Hibur Warga Surabaya

- (dwi/ros/ c6/jan)

Pernah melihat ogoh-ogoh atau ondel-ondel? Ya, kurang lebih seperti itulah boneka raksasa asal Prancis yang menghibur anak-anak di belakang halaman Country Heritage Resort Hotel kemarin (16/7).

Ada empat karakter yang hari itu ”dipanggul” untuk menyapa anakanak. Mereka adalah Flora (perempuan pemain anggar), Mao (pemain golf), Elie (seorang kakek), dan Bonaventur (pemain bola). Boneka setinggi 3–3,5 meter tersebut berjalan mengelilin­gi hotel, melewati perumahan, dan berinterak­si dengan warga sekitar.

Karena tinggi dan besar, sosok empat boneka berjalan tersebut menjadi perhatian. Tapi, mereka tidak betulan hidup. Boneka-boneka itu dimainkan oleh empat pemain sanggar dari Prancis, Les Grandes Personnes. Setiap tampil, sanggar tersebut selalu membawakan cerita yang berbeda.

Dalam lawatannya ke Surabaya kali ini, pemain sanggar Les Grandes Personnes –yang dalam bahasa Indonesia berarti orang yang besar– lebih mengedepan­kan karakter dari dunia olahraga. Hal itu terkait dengan akan diadakanny­a Olimpiade di Paris pada 2024.

Meski berasal dari Prancis, para pemain boneka raksasa tersebut berasal dari berbagai negara. Ada yang dari Italia (Stefano Emili) dan Afrika (Yacouba Sawadogo) yang sore itu turut ”menghidupk­an” boneka raksasa tersebut.

Menggerakk­an boneka raksasa seberat 15 hingga 25 kilogram tentu tidak mudah. Meski begitu, anggota sanggar tampak tidak memiliki kesulitan. Sebelum mulai memanggul boneka, mereka melakukan pemanasan di halaman depan hotel. Setelah dirasa cukup, mereka mulai memakai boneka raksasa tersebut. Salah satunya adalah Caroline Brillon.

Perempuan yang memasuki usia 40 tahun itu masih lincah menggerakk­an karakter Bonaventur. ”Tidak ada masalah memakainya. Kalau sudah tahu caranya, ini mudah kok,” ujar Caroline. Dia pun menyebutka­n bahwa setiap pemain harus bisa menggerakk­an karakter apa saja. Pasalnya, mereka sering bertukar karakter setiap menampilka­n pertunjuka­n. ”Beban beratnya ada di pinggang. Ini seperti memakai ransel. Jadi, tidak mudah capek,” lanjutnya.

Dia sudah empat tahun menekuni dunia boneka raksasa itu. Banyak karakter yang sudah dicobanya. Mulai yang kecil hingga yang besar seberat 25 kg. Selain Caroline, boneka tersebut digerakkan oleh Pauline de Coulhac, Claude-Maurice Baille, Nicolas Vuiller, Yacouba Sawadogo, serta Stefano Emili yang membantu memakaikan. Secara bergantian, mereka menggerakk­an boneka tersebut dan berinterak­si dengan anak-anak.

Dengan penuh keceriaan dan iringan lagu anak-anak berbahasa Prancis, empat karakter tersebut berjoget ria. Mereka berkelilin­g area hotel untuk menyapa warga sekitar. Anak-anak sempat semburat ketika pertama melihat boneka itu di halaman belakang hotel. ”Awalnya takut, lama-lama endak,” komentar Muhammad Fauzi, 13. Ya, lama-lama anak-anak itu malah berinterak­si dan mengajak empat boneka tersebut foto bareng.

Sanggar asal Paris itu hadir di Surabaya atas kerja sama Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya dan Pemerintah Kota. Paginya, Flora, Mao, Elie, dan Bonaventur menyapa warga pada event Cross Culture Internatio­nal Folk Arts Festival di Monumen Bambu Run cing.

 ?? GHOFUUR EKA/JAWA POS ?? CILUKBA: Kakek Elie, nama karakter boneka raksasa, berjalan mengelilin­gi area hotel dan menarik perhatian pegawainya.
GHOFUUR EKA/JAWA POS CILUKBA: Kakek Elie, nama karakter boneka raksasa, berjalan mengelilin­gi area hotel dan menarik perhatian pegawainya.
 ??  ?? GRAFIS: RIZKY/JAWA POS GHOFUUR EKA/JAWA POS LUMAYAN BERAT: Boneka raksasa dari Prancis ini dimainkan oleh satu orang. Total bebannya sekitar 25 kilogram.
GRAFIS: RIZKY/JAWA POS GHOFUUR EKA/JAWA POS LUMAYAN BERAT: Boneka raksasa dari Prancis ini dimainkan oleh satu orang. Total bebannya sekitar 25 kilogram.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia