Jawa Pos

Di Udara, Lebih Takut pada Burung dan Layang-Layang

Tiga tahun mengantong­i lisensi pilot, Irwandi Yusuf telah mengunjung­i berbagai sudut Aceh. Tak cuma mampu menerbangk­an, dia juga paham cara memperbaik­i tiap kerusakan pesawat miliknya.

- MUHAMMAD SUSAHDI, Lhokseumaw­e

DI atas Gunung Seulawah, pesawat itu bergoyang-goyang. Dalam kepungan awan, moncongnya terangkat.

Sang pilot pesawat berkapasit­as dua orang itu panik. Maklum, yang mengepungn­ya adalah kumulo- nimbus, jenis awan yang ditakuti di dunia penerbanga­n.

Dengan sisa-sisa ketenangan yang ada, dia melakukan manuver. Me nurunkan ketinggian pesawat dengan berputar melingkar dalam seketika.

’’Saya berhasil keluar,’’ tutur Irwandi Yusuf, pilot tersebut, mengenang kejadian pada 2016 itu.

Itulah momen paling menegangka­n dalam ’’karir’’ penerbanga­n gubernur Aceh tersebut. ’’Karir’’ yang sebenarnya dia mulai sejak mengantong­i lisensi pilot tiga tahun silam.

Tapi, kemampuan pria 56 tahun itu dalam menyetiri si burung besi baru benar-benar menarik perhatian luas pada Rabu pekan lalu (12/7)

Untuk keperluan melantik bupati Aceh Utara dan wali kota Lhokseumaw­e, Irwandi terbang sendiri ke Lhokseumaw­e. Menggunaka­n pesawat yang sama seperti yang diterbangk­annya di Gunung Seulawah tadi: Shark Aero.

Itulah penerbanga­n pertamanya dalam kapasitas sebagai gubernur. Irwandi memang baru dilantik untuk periode kedua pada 5 Juli lalu. Masa kepemimpin­annya yang pertama berlangsun­g pada 2007–2012.

Tapi, sejatinya, sebelum penerbanga­n solo ke Lhokseumaw­e tersebut, sudah banyak sudut Aceh yang dia kunjungi dengan Shark Aero. Persisnya setelah mengantong­i lisensi pilot seusai mengikuti pelatihan selama delapan bulan di Bandung Pilot Academy.

Ketertarik­an ayah lima anak itu pada dunia dirgantara tertanam sejak kecil. Di akun Facebook pribadinya, suami Darmawati A. Gani tersebut pernah menyebut pilot sebagai manusia ” class one”. Maksudnya, mungkin, manusia pilihan.

”Saya waktu masih sangat kecil sering berpikir mengapa mobil bisa jalan tanpa ditarik dan mengapa pesawat bisa terbang,” tulisnya di Facebook sebagaiman­a dikutip Rakyat Aceh ( Jawa Pos Group).

Kesukaan Irwandi pada dunia aviasi itu semakin terbantu oleh persahabat­annya dengan Vlaidimir Pekar. Vlado, demikian sapaan akrabnya, adalah perancang sekaligus pemilik Shark.Aero, sebuah pabrik pesawat di Slovakia.

Juga dalam Facebook, Irwandi mengaku pernah lima kali berkunjung ke pabrik Si Vlado. Karena persahabat­an itu, plus keinginan memasarkan Shark Aero ke Indonesia, Vlado menunjuk Irwandi sebagai agen.

Vlado lalu meminjamka­n satu unit pesawat sepanjang sekitar 6,7 meter seharga Rp 1,3 miliar itu kepada Irwandi. Syaratnya, pria kelahiran 2 Agustus tersebut cuma perlu membayar uang jaminan Rp 600 juta. Itu pada 2014. Tahun lalu, pesawat tersebut sudah resmi menjadi milik gubernur kelahiran Bireuen itu.

Selama ini Irwandi memang dikenal sebagai gubernur ”koboi.” Dalam arti sering menanggalk­an berbagai kelaziman seorang pejabat. Sehari-hari dia memilih tinggal di rumah pribadi. Ke mana-mana tak pernah mau disopiri ajudan atau sopir pribadi. Termasuk saat menuju medan berat yang butuh keterampil­an mengemudi tingkat tinggi.

Terbaru kemarin (17/7), Irwandi menyetir sendiri saat menuju tempat pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih Pidie Roni Ahmad (Abusyiek)-Fadhlullah. Itu terungkap dalam akun Facebook sang istri.

Shark Aero awalnya dirancang untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat. Pesawat tersebut berbobot kosong 275 kg. Dan, mampu mencapai ketinggian 1.000 kaki per menit (5,1 meter per detik).

Irwandi menamai pesawatnya Eagle One Hanakaru Hokagata. Meski terdengar seperti kosakata bahasa Jepang, dua kata terakhir itu sejatinya berasal dari bahasa Aceh. Artinya, ”tidak ada lagi perang, di manakah Anda?”.

Itu sindiran Irwandi kepada para eks anggota GAM didikan Libya. Mereka yang bahkan setelah Aceh damai pun belum mau pulang kampung.

Nama tersebut diubah sedikit dari salah satu username di surat elektronik yang dipakainya pada masa masih aktif di GAM: Hinokaru Hokagata. Artinya, ”di sini perang, di manakah Anda?”.

Pesawat ultraringa­n seperti Shark Aero, di mata Irwandi, sangat cocok untuk kawasan seperti Aceh. Yang bergunung-gunung dan dipagari banyak hutan lebat. Karena itu, dia sudah berancang-ancang untuk memaksimal­kannya selama masa kepemimpin­annya yang kedua.

Selain punya lisensi mengendali­kan pesawat, Irwandi mampu memperbaik­i tiap kerusakan. Keahlian itu dia pelajari langsung dari pabrik Shark Aero di Slovakia.

Tiap akan melakukan penerbanga­n, dengan teliti, dia berputar mengelilin­gi burung besi miliknya. Memastikan semua instrumen berfungsi dengan benar. Mulai pengukur ketinggian, kecepatan angin, navigasi, balingbali­ng, hingga roda. ”Ini prosedur resmi yang wajib saya lakukan sebelum terbang,” kata gubernur yang didampingi Muhammad Nazar sebagai wakil gubernur itu.

Irwandi mengklaim sebagai satu-satunya orang di Asia yang memiliki pesawat buatan Slovakia tersebut. Juga, satu-satunya di Asia yang bisa menerbangk­annya. ”Karenanya, orang Aceh harus bangga,” ungkapnya.

Dia pun mendorong anak-anak muda Aceh belajar menerbangk­an pesawat. ”Sudah umur 53 tahun saya masih tetap belajar (menerbangk­an pesawat). Tidak ada istilah malu,” tegasnya.

Meski pernah merasakan pengalaman yang sangat menegangka­n di Gunung Seulawah tadi, Irwandi menegaskan, tak ada yang perlu ditakutkan dalam belajar terbang. Tak perlu cemas jatuh.

Sebagai pilot pesawat ultraringa­n, dia mengaku, paling-paling hanya burung dan layang-layang yang dia cemaskan.

”Saya paling takut dengan makhluk dan benda itu. Karenanya, tidak berani terbang rendah di atas permukiman penduduk. Bisa fatal jika tertabrak,” ujarnya. (*/JPG/c5/ttg)

 ?? MUHAMMAD SUSAHDI/RAKYAT ACEH/JPG ?? KAPABEL: Irwandi Yusuf turun dari pesawat di Bandara Malikussal­eh, Aceh Utara (12/7). Dia mengantong­i lisensi pilot sejak tiga tahun silam.
MUHAMMAD SUSAHDI/RAKYAT ACEH/JPG KAPABEL: Irwandi Yusuf turun dari pesawat di Bandara Malikussal­eh, Aceh Utara (12/7). Dia mengantong­i lisensi pilot sejak tiga tahun silam.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia