Jawa Pos

Mulai Digarap Pekan Depan

-

SURABAYA – Proyek beton gorong-gorong atau box culvert Jemur Ngawinan sudah tujuh bulan mangkrak. Pemkot memutus kontrak dengan pihak ketiga karena proyek tidak tuntas. Lelang ulang yang dilakukan awal tahun pun gagal karena sepi peminat. Untung, sudah ada pemenang lelang baru.

Selama tujuh bulan belakangan, proyek yang mandek berimbas terhadap lalu lintas di pertigaan Jemursari. Puluhan box culvert itu ditumpuk, bahkan memakan jalan raya. Salah satu titik yang jadi tempat tumpukan tersebut adalah traffic light (TL) Jemursari. Arus kendaraan yang mengarah ke Jemur Andayani pun tersendat. Kendaraan bisa mengular hingga ke lintasan kereta di sebelah barat.

Efeknya berantai. Penumpukan bakal menutup frontage road (FR) timur yang mengarah ke Sidoarjo. Kalau sudah begitu, antrean kendaraan di FR bakal sangat panjang

Sebab, lampu hijau di FR hanya bertahan sepuluh detik. Kemacetan juga berimbas pada penumpukan kendaraan di bundaran Dolog.

Kabid Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Syamsul Hariadi menjelaska­n, pengerjaan dilanjutka­n pekan depan. Kontraktor tak perlu lagi menunggu pengadaan box culvert. ”Tinggal memasang,” kata pejabat eselon III-B itu.

Proyek tersebut tergolong susah. Box culvert dipasang di saluran sekunder yang memiliki debit air tinggi. Proyek akhirnya dilanjutka­n dengan nilai pengerjaan Rp 4 miliar. Pengerjaan jalan tersebut hanya kurang 200 meter dan ditargetka­n tuntas Desember nanti.

Setelah tuntas, diharapkan kemacetan di Jemursari langsung berkurang. Sebab, box culvert itu bakal memanjang hingga TL Jemursari. Setelah jalan dilebarkan, penumpukan kendaraan otomatis berkurang.

Tahun lalu, proyek mandek garagara curah hujan yang tinggi. Kontraktor kewalahan menutup dan membuka pintu air sementara. Sebagai antisipasi, kontraktor yang melanjutka­n akan diminta membuat pintu air permanen di dekat lintasan kereta. ”Nanti bisa ditutup saat pengerjaan. Tidak perlu bongkar pasang lagi,” lanjutnya.

Untuk jangka panjang, proyek tersebut dilanjutka­n hingga ke Gunung Sari. Pemkot bakal menggunaka­n saluran air untuk membuat akses ke MERR. Selama ini, akses dari MERR ke jalan utama tengah kota memang kerap mengalami bottleneck atau penyempita­n. Menyulap saluran menjadi jalan adalah salah satu cara ekonomis karena tidak perlu membebaska­n lahan.

Selain proyek Jemursari, pemkot melanjutka­n proyek box culvert lanjutan Banyu Urip. Proyek itu terhenti di Jalan Babat Jerawat. Masalahnya sama. Proyek gagal tuntas karena faktor cuaca. Banjir yang terjadi tahun lalu menyulitka­n kontraktor. ”Kalau yang ini, tahap lelangnya baru mulai pekan lalu,” ucapnya.

Proyek tersebut akan dikerjakan selama dua tahun. Rp 200 miliar disiapkan untuk menyambung jalur perdaganga­n Surabaya–Gresik itu. Panjang jalan tersebut bakal bertambah hingga 2,4 km. Selain solusi kemacetan, box culvert yang termasuk saluran diversi Gunung Sari tersebut menjadi solusi banjir. Selama ini, kawasan Surabaya Barat memang masih sering tenggelam.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Surabaya Aden Darmawan berharap pengerjaan box culvert tidak lagi molor. Sebab, imbasnya merembet kepada warga di sebelah barat. Saluran air di Injoko sering meluber saat ada pengerjaan box culvert. ”Jangan molor lagi. Ini kan bukan proyek multiyear,” ujar politikus Gerindra tersebut.

Aden juga harus merasakan kemacetan setiap hari di bundaran Dolog. Dia berharap pengerjaan FR sisi barat dilanjutka­n. Selama ini, pengerjaan terganjal pembebasan lahan. Sejumlah pemilik rumah belum mau melepaskan lahan mereka. ”Sumbatan Jalan A. Yani ini kan ada di rumah yang belum bebas itu sama box culvert Jemursari. Kalau itu beres, lalu lintas bisa plong,” kata Aden. (sal/c18/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia