Jawa Pos

Kalah Main, Jalan 1 Km sambil Gigit Patil Lele

Usianya masih muda, 23 tahun. Namun, pemuda tersebut sudah dipercaya menjadi ketua RT 4, RW 2, Simokerto. Bersama karang taruna, Deddy dan kawankawan mewujudkan konsep kegiatan Kampung Dolanan. Tak cuma anak-anak, orang dewasa juga kepincut dolanan bersam

- DEBORA DANISA

’’IDE membuat Kampung Dolanan ini sebenarnya dari karang taruna,” kisah Deddy. Kebetulan, dia juga merupakan salah seorang anggota karang taruna. Saat itu dia mengajukan diri untuk menjadi ketua RT. Setelah pemuda 23 tahun itu terpilih, dia dan kawan-kawan akhirnya bisa mewujudkan Kampung Dolanan di tempat tinggal mereka.

Kampung Dolanan adalah wadah yang mereka persiapkan untuk anak-anak kampung. Tujuannya, mereka bisa merasakan permainan tradisiona­l. Deddy dan kawan-kawan karang taruna melihat anak-anak di kampung cenderung memilih permainan modern.

’’Kebanyakan anak kecil lebih suka permainan di handphone, laptop, dan permainan elektronik lain,” ujar Deddy. Padahal, wilayah Simokerto tempat mereka tinggal cukup padat dan berimpitan. Bukan lingkungan bertembok tebal atau berpagar tinggi. Seharusnya anak-anak punya kesadaran untuk berinterak­si dengan teman-teman satu lingkungan­nya. Karang Taruna RT 4 punya ide. Yaitu, menyatukan mereka lewat permainan tradisiona­l.

Entah karena memang masih berjiwa muda, semangat Deddy sangat tinggi untuk melestarik­an permainan tradi- sional lewat Kampung Dolanan. Dia mengikuti acara-acara Kampung Do- lanan yang biasanya berlangsun­g akhir pekan. Namun, terkadang dia juga terhalang kesibukan kerja pada Sabtu dan Minggu.

Beruntung, program tersebut mendapat banyak uluran tangan. Warga juga menunjukka­n respons positif pada program itu meski kulit anak-anak mereka jadi sedikit menghitam karena lama bermain di luar. Bantuan juga datang dari relawan di luar warga. ’’Ada sekitar 20 relawan, kebanyakan anak kampus,” ujar ketua RT yang baru dilantik awal Januari 2017 tersebut.

Kampung Dolanan didirikan bersamaan dengan terpilihny­a Deddy. Memang, saat itu dia belum dikukuhkan sebagai ketua RT resmi. Namun, hasil pemilihan warga sudah keluar. Salah satu alasan dia terpilih sebagai ketua RT adalah sepak terjangnya di karang taruna, termasuk dalam merumuskan Kampung Dolanan. ’’Harapannya, Kampung Dolanan juga bisa menjadi salah satu destinasi wisata sehingga mendongkra­k kehidupan warga,” tutur pemuda yang juga bekerja sebagai sopir itu.

Ditanya soal permainan tradisiona­l, dia mengaku paling suka patil lele. Sebab, permainan tersebut bisa dilakukan dalam waktu lama. ’’ Ending- nya juga seru. Nggak akan bosan,” katanya. Bagian paling seru adalah saat hukuman. ’’Waktu itu, yang kalah harus berjalan 1 kilometer sambil gigit patil lele dan diteriakin teman-teman,” kenangnya.

Dia berharap, dengan eksisnya Kampung Dolanan, anak-anak bisa ikut merasakan keseruan permainan zaman dulu. Tidak hanya di dalam lingkungan Simokerto, tetapi juga seluruh Surabaya. Karena itu, dia merasa perlu menularkan semangat Kampung Dolanan ke seluruh kota. Menjadi anak kota tidak berarti melupakan permainan seru macam engkle dan petak umpet. (*/c7/oni)

 ?? DOK PRIBADI ?? MAIN LAYANGAN: Deddy (kiri) mengajak anak-anak mengenal permainan tradisiona­l.
DOK PRIBADI MAIN LAYANGAN: Deddy (kiri) mengajak anak-anak mengenal permainan tradisiona­l.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia