Stop Pengerjaan Revitalisasi
Kelanjutan Proyek Tunggu Hasil Pertemuan Perwakilan Masyarakat
GRESIK – Pro-kontra revitalisasi Alun-Alun Kota memasuki fase krusial. Kemarin Bupati Sambari Halim Radianto memutuskan untuk menghentikan sementara kelanjutan proyek tersebut. Orang nomor satu di Gresik itu bakal mengadakan pertemuan dengan seluruh perwakilan masyarakat.
Dari pertemuan tersebut, akan diambil keputusan akhir. Dilanjutkan atau dibatalkan. Keputusan Sambari itu diambil saat bertemu perwakilan demonstran yang belum sepakat dengan revitalisasi di kantor pemkab kemarin. Kubu kontra menggelar aksi di DPRD dan pemkab. ”Ini adalah respons kami atas desakan publik. Kami akan tunduk dengan apa pun keputusan mayoritas perwakilan masyarakat, sesuai aturan yang berlaku,” katanya setelah pertemuan di ruangan lantai 2 Pemkab Gresik.
Sambari menyatakan, pihaknya memastikan kembali mengundang seluruh perwakilan masyarakat. Di antaranya, perwakilan ulama/ MUI, tokoh masyarakat, lembaga sosial, lembaga/ormas/ormas kepemudaan, serta perwakilan masyarakat di sekitar alun-alun dan Masjid Jamik. Baik yang pernah diundang sosialisasi maupun perwakilan yang sebelumnya tak hadir. Dalam sosialisasi sebelum pengerjaan revitalisasi dimulai, ada perwakilan dari sejumlah lembaga/ormas yang kontra yang tidak datang. Sambari juga akan mengundang para ahli sejarah maupun cagar budaya untuk mencari solusi soal pro-kontra alun-alun sebagai cagar budaya. ”Maka, tolong nanti semua harus hadir,” tuturnya.
Sambari mempersilakan seluruh pihak untuk memberikan pendapat mengenai revitalisasi alunalun. Apakah lanjut atau tidak. Karena itu, pejabat asal Dukun tersebut tidak menampik bahwa pertemuan nanti berpotensi memunculkan perdebatan. Namun, bupati memastikan tetap akan ada putusan final. Diharapkan, lanjut dia, ada musyawarah dan mufakat. Namun, jika tak ada titik temu, bisa dilakukan voting. ”Apa pun hasilnya, harus disepakati bersama,” imbuhnya.
Opsi itu bukan tanpa alasan. Sebab, Sambari menyebutkan bahwa revitalisasi alun-alun adalah upaya untuk merealisasikan janjinya selama kampanye. ”Dan, itu sudah disetujui mayoritas masyarakat. Karena itu, saya tidak rela jika program ini diwarnai kepentingan lain,” ungkapnya.
Sementara itu, kubu kontra revitalisasi menolak dikatakan menentang proyek tersebut. Mereka hanya menyayangkan tahapan proyek yang minim sosialisasi tersebut. Mereka juga menyoroti status alun-alun sebagai cagar budaya. Selain itu, ada penolakan dari sejumlah ulama dan tokoh masyarakat, terutama di sekitar masjid. ”Karena itu, akan lebih bijak jika ada forum rembuk lebih dulu. Kami harap ada redesain,” ucap salah seorang perwakilan demonstran, Kris Aji.
Dalam pertemuan dengan demonstran, pemkab membeberkan perincian seluruh tahapan proyek tersebut. Bukan hanya desain, melainkan juga hasil sosialisasi. Lewat paparan tersebut, dipastikan bahwa bangunan di bagian tengah alun-alun bakal disulap menjadi hall untuk kegiatan publik. Sementara itu, Islamic Center dibangun di kompleks kantor pemkab sisi utara.
Selain itu, terdapat pemaparan surat yang berisi sikap takmir Masjid Jamik. Dalam surat terse- but, pihak takmir menyerahkan revitalisasi kepada pemkab. Hanya, mereka menolak jika bangunan hasil revitalisasi itu tersambung dengan masjid. (ris/c16/dio)