Jawa Pos

Resah Isu Vaksin Bikin Autis

-

’’UNTUK semua bunda yang akan melakukan imunisasi, harap hati2 ada vaksin yang beresiko anak AUTIS,’’ tulis salah seorang pemilik akun Facebook di statusnya. Beragam respons langsung muncul dalam kolom komentar. Kebanyakan semakin penasaran dan pesimistis.

Silang sengkarut kabar tentang keamanan vaksin kembali mencuat kala pemerintah menggalakk­an imunisasi measles rubella (MR). Vaksin itu sekarang sedang bikin ibu-ibu resah. Yang paling bikin resah, vaksin itu disebutkan bisa mengakibat­kan autis.

Mereka mendengar kabar tersebut dari media sosial. Sumbernya beragam. Salah satu yang paling berpengaru­h adalah testimoni orang tua yang memiliki anak autis setelah divaksin MR. Testimoni itu dijadikan rujukan oleh pengguna media sosial lain untuk memberikan kesimpulan terhadap dampak vaksin MR. Termasuk menjawab ketika ada temannya yang menanyakan tentang hal yang sama.

Keresahan menjadi-jadi ketika ada pengguna media sosial yang mencuplik hasil penelitian tentang dampak negatif vaksinasi MR. Diskusi pun semakin ramai. Mereka ragu setelah mendengar kabar dari media sosial.

Ramainya diskusi tentang dampak vaksin tidak terlepas dari hasil penelitian dr Andrew Wakefield. Andrew merupakan dokter bedah dari Inggris. Dia melakukan publikasi di jurnal Lancet pada 1998 mengenai hubungan vaksin mumps, measles and rubella (MMR) dengan penyakit saluran cerna dan autis yang dinamai dengan autistic enterocoll­itis. Publikasi itu berdasar data pada hanya 12 pasien.

Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Kementeria­n Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi juga mengikuti penelitian Andrew. Dia menjelaska­n, setelah Andrew merilis penelitian­nya, ada 20 penelitian lain yang dilakukan untuk menguji kesahihann­ya. ’’Hasilnya, para peneliti tidak menemukan hal yang sama dengan penelitian Andrew,” katanya.

Penelitian Andrew itu juga berbuntut. Dia dikeluarka­n dari asosiasi dokter di Inggris. Dia juga tidak boleh melakukan praktik di Inggris. ’’Keputusan itu didasari investigas­i beberapa orang yang akhirnya mengetahui bahwa Andrew memanipula­si dan tidak sesuai dengan kode etik penelitian,’’ ucap Jane kemarin (27/7).

Jane menegaskan, vaksin MR tidak mengakibat­kan anak terkena autis. Vaksin itu justru mencegah munculnya virus campak dan rubela.

Menurut Jane, apa yang dilakukan Andrew merupakan kebohongan terbesar di dunia medis selama 100 tahun terakhir. Jadi, apakah Anda masih percaya bahwa vaksin MR yang diberikan pemerintah akan berdampak autis?

Tidak hanya berdampak autis. Isu lama juga kembali menggeliat terkait dengan vaksin. Yaitu, kandungan bahan yang tidak halal. Ada yang menyebut berbahan babi, ginjal kera, dan lain-lain.

Jane berani memastikan bahwa di dalam vaksin MR tidak ada kandungan babi. Sebab, proses ternak virus rubela dan campak tidak dilakukan di tubuh babi. ’’ Virus rubela yang sudah dilemahkan diternakka­n di stem cell manusia. Sementara virus campak yang sudah dilemahkan dikembangb­iakkan di embrio ayam,’’ bebernya.

Dari sekian kabar palsu mengenai vaksinasi MR yang beredar, ada juga kabar yang menggelika­n. Yaitu, kabar bahwa vaksin itu disebarkan ke dunia sebagai upaya negara Barat memasukkan mikrocip ke dalam tubuh manusia melalui vaksin. Cip mini itu kemudian masuk ke saluran darah manusia.

Dari mikrocip tersebut, negara Barat bisa mengendali­kan manusia. Salah satunya mengembang­kan paham Zionis. Cerita itu mirip film Kingsman: The Secret Service. Bagaimana kalau ceritanya dibikin seperti sinetron Cinta Duo Juragan, ya? Pasti seru… (lyn/eko/gun/c19/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia