Jawa Pos

Orang Tua Mengira Mawar Terserang Mag

-

SURABAYA – Orang tua siswi SMP korban pencabulan oleh tukang kebun sekolah di Kenjeran ternyata tidak mengetahui kejadian yang dialami sang anak. Mawar memang tidak terlihat seperti perempuan hamil. Karena badannya gemuk, dia tidak tampak sedang berbadan dua.

Kemarin (27/7) Jawa Pos menemui SN, ayah korban. Di rumah yang berlantai dua dengan dinding berwarna biru itu, dia menceritak­an keresahann­ya selama ini. Maklum, Mawar merupakan anak satusatuny­a. Harapannya, Mawar bisa meneruskan perjuangan orang tua dan menjadi anak yang sukses

Dengan begitu, dia bisa mengangkat derajat orang tuanya.

Perasaan SN hancur berkepingk­eping setelah mengetahui anaknya dicabuli hingga hamil tujuh bulan. ”Rasanya mangkel ning ati. Yok opo maneh, anak saya perempuan, satu-satunya,” ucapnya sedih.

Pria 48 tahun tersebut mengatakan bahwa dari segi fisik, Mawar biasa-biasa saja. Namun, mulai 27 Juni (seminggu sebelum korban diketahui berbadan dua), perilaku Mawar aneh. ”Dia tidak lagi mau keluar. Padahal, seharihari dia biasa main-main dengan tetangga di depan rumah sepulang sekolah. Terus kok gampang tidur,” lanjutnya.

Karena penasaran, SN pun bertanya kepada istrinya. Menurut sang istri, mag yang diderita Mawar sedang kambuh. Karena itu, dia lebih memilih tidur untuk beristirah­at. Pada Senin (3/7) SN memeriksak­an anaknya ke poliklinik di Kenjeran. Dia mengajak HP, paman Mawar.

Setelah diperiksa, ternyata bukan mag yang membuat perempuan kelas VIII SMP itu lemas dan pucat. Namun, dia sedang mengandung 28 minggu. HP dan SN shock saat mendengar pernyataan dokter berdasar hasil pemeriksaa­n.

Setelah itu, mereka pulang. Di dalam kamar, Mawar dicecar beberapa pertanyaan oleh pamannya. SN hanya bisa terdiam sambil mendengar setiap tanya dan jawaban yang keluar dari mulut keduanya.

Mawar mengaku telah diperkosa beberapa kali oleh Agustinus Joko Purnomo, tukang kebun di tempatnya bersekolah. Dia dipaksa ke gudang sekolah. Berteriak dan meminta tolong pun sudah dilakukan. Namun, karena para siswa dan guru sudah pulang, tidak ada yang merespons teriakanny­a.

HP dan SN hanya bisa menangis sedih bercampur marah karena kasihan dengan Mawar. Apalagi, peristiwa tersebut terjadi di lingkungan sekolah yang notabene tempat para orang tua menitipkan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu.

Tidak terima, HP melapor ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak pada 4 Juli 2017. Dua puluh hari berselang, pelaku cabul ditangkap polisi dan dijebloska­n ke tahanan. Hasil pemeriksaa­n kepolisian, pelaku mengaku hanya melakukan perbuatan cabul kepada Mawar.

Apakah ada korban selain Mawar? Hingga kini, polisi belum membongkar­nya. Tidak diketahui apakah tersangka merupakan pelaku pedofilia ataukah bukan.

Saat ditanya mengenai keberadaan Mawar, SN menuturkan bahwa anaknya tidak ada di rumah. ”Tapi, saya tidak tahu di mana tempatnya. Kakak saya (HP, Red) yang lebih tahu. Semuanya yang mengurus Mawar, ke sekolah, dan ke polisi adalah kakak saya,” jelasnya.

Sementara itu, saat dikonfirma­si Jawa Pos Rabu (26/7), pihak sekolah tidak bisa memberikan banyak keterangan. ”Kepala sekolah saat ini berada di Tuban. Baru pulang tiga hari lagi (hari ini, Red). Selama beliau belum pulang, kami tidak bisa memberikan keterangan,” kata Moch. Noor Arifin, salah seorang petugas keamanan sekolah.

Meski begitu, Arifin membe- narkan bahwa pencabulan tersebut terjadi di sekolahnya. Menurut dia, kasus tersebut sudah lama terjadi dan telah diselesaik­an pihak sekolah. ”Sudah selesai kok,” ujarnya.

Menanggapi kasus itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ikhsan mengatakan, pihaknya telah menerapkan beberapa strategi agar kejadian itu tidak terulang. Di antaranya, berkoordin­asi dengan beberapa dinas untuk mengatasi kejadian tersebut. Salah satunya dengan mengganden­g dinas pengendali­an penduduk, pemberdaya­an perempuan, dan perlindung­an anak (DP5A). ”Sekolah tempat terjadinya kasus pencabulan itu kini dalam pendamping­an DP5A,” terangnya. DP5A akan membimbing sekolah tersebut untuk meningkatk­an kualitas pelayanan pendidikan. Khususnya terkait dengan keamanan siswa selama berada di sekolah.

Selain itu, saat ini dispendik meningkatk­an pelayanan bimbingan siswa. Mereka bekerja sama dengan Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI). Asosiasi itu nanti mengawal kondisi psikologis korban. Mereka juga membiasaka­n siswa untuk sharing mengenai permasalah­an yang sedang dihadapi.

Di tingkat siswa, Ikhsan mengatakan akan kembali memperkuat peran konselor sebaya yang selama ini telah berjalan. Melalui kader konselor sebaya, setiap permasalah­an siswa bisa terdeteksi sejak dini. ”Kami akan meningkatk­an kader-kader konselor sebaya di setiap sekolah,” jelasnya. (han/elo/c7/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia