Jawa Pos

Subsidi Listrik Tak Ditambah

Pemerintah Tetap Janji Tarif Tak Naik

-

JAKARTA – Pemerintah dan DPR batal menambah subsidi listrik hingga Rp 7 triliun dalam APBN Perubahan 2017. Awalnya, penambahan tersebut diusulkan agar tarif listrik tidak naik sepanjang tahun ini.

Dalam RAPBNP 2017 yang disepakati parlemen, subsidi listrik tidak bergeser jauh dari angka Rp 54 triliun. Secara total, subsidi energi naik dari Rp 77,3 triliun menjadi Rp 89,9 triliun. Namun, penambahan hanya dilakukan pada subsidi BBM dan elpiji 3 kilogram.

Menurut Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani, meski anggaran yang disepakati tidak sesuai dengan diajukan, pemerintah tetap berkomitme­n tidak menaikkan harga BBM dan elpiji, serta tarif listrik. ’’Misalnya, yang (golongan listrik berkapasit­as, Red) 450 volt ampere (VA) tetap dikasih (subsidi) dan yang 900 VA dinilai miskin dikasih dengan penambahan 2,4 juta pelanggan,’’ tuturnya.

Meski begitu, menurut Askolani, tidak tertutup kemungkina­n ada tambahan dana subsidi dalam realisasi ke depan. Sebab, kecukupan subsidi energi juga sangat dipengaruh­i beberapa parameter seperti pergerakan harga minyak dunia sampai kurs rupiah. Saat ini pemerintah memang melihat harga minyak dunia masih berada pada posisi yang rendah, yakni kurang dari USD 48 per barel. ’’ Tapi, harga minyak itu kan fluktuatif,’’ tegasnya.

Karena itu, lanjut Askolani, jika nanti terjadi kenaikan harga minyak di atas ICP yang sudah ditentukan, subsidi energi berisiko membengkak. Penambahan subsidi itu bisa dibebankan kepada masyarakat melalui kenaikan harga. Namun, jika ditanggung pemerintah, untuk sementara hal tersebut diserahkan ke PT Pertamina dalam bentuk utang.

Sementara itu, keputusan pemerintah untuk tidak menambah subsidi listrik berisiko memberikan dampak negatif bagi PLN. Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menyatakan bahwa kinerja PLN diprediksi terkoreksi. ’’Nanti dampaknya ke korporasin­ya. Jadi, kalau TDL (tarif dasar listrik, Red) tidak disesuaika­n, selisihnya yang membayar ya PLN,’’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (30/7).

Komaidi menjelaska­n, janji pemerintah untuk tidak menaikkan tarif listrik hingga akhir tahun sejatinya merupakan kebijakan yang dilematis. ’’Di satu sisi, janji untuk tidak menaikkan (tarif listrik, Red), tapi di sisi lain enggak ada anggaran yang disiapkan. Kan enggak matching. Lalu, kalau tarif naik, siapa yang menanggung?’’ katanya.

Komaidi menambahka­n, dengan kondisi seperti saat ini, janji pemerintah untuk tidak menaikkan tarif listrik tetap bisa terbukti. Sebab, harga minyak masih berada di tren yang rendah. Namun, jika pada kemudian hari harga minyak mengalami kenaikan cukup tinggi, harga energi primer seperti gas maupun batu bara juga ikut melonjak. Kenaikan harga energi primer akan berkorelas­i pada kenaikan tarif listrik. (ken/dee/c14/sof)

 ??  ?? BERBAGI: Dahlan Iskan (dua dari kiri) berbincang dengan para peserta dalam Ngaji Bisnis di Semanggi Room, Graha Pena, Surabaya, Sabtu (29/7). DIKA KAWENGIAN/JAWA POS
BERBAGI: Dahlan Iskan (dua dari kiri) berbincang dengan para peserta dalam Ngaji Bisnis di Semanggi Room, Graha Pena, Surabaya, Sabtu (29/7). DIKA KAWENGIAN/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia