Ciptakan Alat Pemantau Kadar Air
SURABAYA – Pengalaman pribadi sebagai anak kos membuat tim dari Departemen Teknik Elektro Otomasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat pemantau kadar air. Dengan alat tersebut, masyarakat bisa mengetahui jernih tidaknya air yang mengalir di bak penampungan.
Ronaldo Gabe Manik, software designer and presentator tim tersebut, menjelaskan, alat yang mereka buat bernama Sadewa. Yakni, akronim dari smart quality control and discharge water monitoring. Bersama M. Desna Rizal, Noval Andika, Rifan Syah Rijal, dan Bella Angelica, dia menyelesaikan alat tersebut dalam waktu tiga bulan.
Sadewa sebenarnya merupakan gabungan dari beberapa teknologi pemantau kadar air. Di dalamnya, terdapat sensor TDS ( total dissolved solid) untuk mengetahui jumlah partikel yang terlarut dalam air. Kemudian, sensor warna untuk mengetahui tingkat kekeruhan air, water flow sensor untuk melihat jumlah pengeluaran air, dan pH electrodes sebagai pemantau tingkat keasaman air.
’’Kandungan logam yang banyak biasanya mengakibatkan gatal-gatal,’’ tutur Gabe. Kadar logam tersebut bisa terpantau melalui sensor TDS. Alat Sadewa terpasang antara pipa sambungan dari perusahaan penyedia jasa dan pipa yang disalurkan ke rumah.
Agar lebih maksimal, Gabe dan kawan-kawan membuat aplikasi pengirim SMS otomatis kepada pengguna dan perusahaan penyedia jasa.
M. Desna Rizal, ketua tim tersebut, menjelaskan bahwa pembuatan alat itu berdasar pada pengalaman pribadi. Apalagi bagi anggota kelompok yang termasuk anak kos. Mereka sering menemui air keruh dan berbau. Air itu mengakibatkan gatalgatal di kulit. Mereka pun berinisiatif membuat alat pemantau kadar air tersebut.
Meski mendapatkan dana program kreativitas mahasiswa (PKM) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi, mereka tetap mengalami kendala. ’’Yang paling sulit karena kami belum mendapat mata kuliah microcontroller, padahal itu alat utamanya,’’ terang Desna. (ant/c7/jan)