Targetkan Zero Accident di Jatim
Pencanangan Tahun Keselamatan untuk Kemanusiaan
SURABAYA – Sarsito tidak mampu melanjutkan bicara. Air matanya menetes. Tangannya menutupi mulut. Pria 47 tahun itu tak kuasa saat diminta bercerita tentang kecelakaan lalu lintas yang menimpanya bersama istri.
Lilik Riyani, istri Sarsito, meninggal karena kecelakaan itu. Sarsito baru bisa melanjutkan cerita ketika Jawa Pos menemuinya setelah acara Pencanangan Tahun Keselamatan untuk Kemanusiaan 2017–2018 di Taman Bungkul kemarin (30/7). ’’Kejadiannya baru lima hari yang lalu, Mas. Di kepala saya masih terngiang-ngiang,’’ tuturnya. Di jari kelingking dan tengah Sarsito masih kelihatan bekas luka yang belum mengering.
Malam itu, di Jalan Perak Barat, dia hendak mengantar istrinya berobat ke Poliklinik Polrestabes Surabaya. Sudah sepuluh hari batuk yang diderita Lilik tak kunjung sembuh. Nahas, di belakang pos polisi Jalan Perak Barat, ada angkot yang berhenti mendadak. Dia pun banting setir ke kanan.
Tangan kiri dan setang motornya menabrak lampu sein angkot. ’’Sebenarnya saya juga tak seberapa kencang karena istri saya sedang sakit,’’ kenangnya. Namun, tetap saja benturan itu membuat motornya oleng.
Sarsito jatuh berguling-guling ke depan. Dia tidak tahu posisi jatuh istrinya. Yang Sarsito tahu, istrinya sudah tergeletak di atas aspal. Di bagian belakang kepala Lilik mengucur darah yang sangat deras. ’’Itu kejadian laka pertama dalam hidup saya. Saya sangat menyesal karena kurang hati-hati,’’ sesal pria yang bekerja sebagai petugas sekuriti di Dumar Industri itu.
Nasib tak kalah tragis menimpa Sutejo. Warga Klagen Wilayut, Sukodono, Sidoarjo, itu adalah salah seorang korban kecelakaan bus yang membawa rombongan perangkat lima desa se-Sukodono pada 8 Mei tahun lalu. Akibat kecelakaan yang terjadi di daerah Kudus tersebut, dia harus rela kehilangan tangan kirinya. Insiden tersebut menewaskan enam orang.
Cerita Sarsito dan Sutejo hanya sebagian kecil dari ribuan korban laka lantas di Jatim. Sampai Juli tahun ini, jumlah laka di seluruh Jatim mencapai 12.035 kasus. Jumlah korban meninggal 2.635 orang. Korban luka berat 601 orang dan luka ringan 15.807 orang. Jumlah itu termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia. ’’Fakta ini membuat kami prihatin,’’ ujar Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin.
Pencanangan tahun keselamatan untuk kemanusiaan diharapkan dapat mencapai tujuan, yakni zero accident. Fatalitas korban kecelakaan juga diharapkan turun sampai 50 persen pada 2023, sesuai dengan amanat undang-undang. ’’Pihak yang harus bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan ini adalah pemerintah, baik pusat maupun daerah. Yang tergabung dalam lima pilar,’’ terangnya.
Namun, Machfud menjelaskan, upaya tersebut akan sia-sia jika masyarakat tidak ikut serta dalam menyukseskan. Masyarakat harus turut serta mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. ’’Mari mulai dari diri sendiri dengan cara menaati peraturan lalu lintas yang berlaku,’’ imbaunya. (aji/c19/fal)