CJH Boleh Pesan Makanan Khusus
SURABAYA – Penyediaan makanan menjadi faktor penting bagi penyelenggaraan ibadah haji. Apalagi, kondisi calon jamaah haji (CJH) juga beragam. Karena itu, Kementerian Agama mengupayakan penyajian makanan yang memperhatikan kondisi kesehatan mereka.
Bagi CJH yang memiliki pantangan makanan tertentu, mereka bisa memberikan laporan kepada petugas. Kemenag pun mengantisipasi. Caranya, meminta katering menyediakan makanan khusus bagi jamaah dengan kondisi tertentu.
Nim Mu’jizah, koordinator konsumsi Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), menuturkan, petugas menyediakan makanan khusus dalam setiap sesi makan. Jumlahnya, lima persen dari total masakan keseluruhan. Secara umum, menunya sama. Tapi, bahan yang digunakan berbeda.
”Kami pakai minyak jagung, gula jagung, dan garam rendah natrium,” katanya. ”Kami sajikan bersama di ruang makan, hanya tempatnya dipisah,” tambah Nim.
Para jamaah dengan kondisi tertentu bisa mengonsumsi makanan tersebut. Namun, jika ada pantangan yang lebih berat, CJH bisa melapor kepada panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH).
Meski demikian, Nim menguraikan, hingga saat ini belum ada laporan khusus terkait dengan permakanan jamaah. Setiap hari, petugas katering menyediakan konsumsi tiga kali. Yakni, pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00, dan makan malam pukul 18.00. Menu yang dimasak merupakan permintaan dari Kemenag. Setiap hari selalu ada nasi, sayur, daging atau ikan, kerupuk, serta buah dan air mineral.
Untuk nasi dan sayur, para jamaah boleh mengambil sendiri. Hanya ikan dan daging yang diambilkan petugas. Sebab, takarannya sudah disesuaikan dengan jumlah jamaah.
Bukan hanya itu. Untuk jamaah dari daerah tertentu, biasanya petugas katering memberikan tambahan porsi. ”Karena mereka terbiasa makan banyak,” ungkapnya.
Menjelang siang dan sore, petugas menyediakan menu coffee break. Ada teh, kopi, dan kue sesuai dengan menu pilihan Kemenag. Model penyediaan makan pun dibuat semiprasmanan. Jamaah makan dengan menggunakan piring. Kecuali bagi yang waktu keberangkatannya sangat mepet dengan jadwal makan. Mereka makan dengan menu yang sudah tertata dalam kotak makan. ”Jadi, sambil menunggu pemeriksaan sebelum berangkat, mereka makan dulu karena makanan tidak boleh dibawa ke dalam bis atau bandara,” terangnya.
Tahun ini ada 70 petugas konsumsi di Asrama Haji Sukolilo. Sebanyak 30 orang di antaranya bertugas memasak di dapur. Sisanya merupakan petugas penyedia makanan di aula dan petugas kebersihan.
Khusus petugas dapur, mereka wajib mengenakan masker, sarung tangan, dan penutup kepala. Alasannya, menjaga makanan tetap higienis. Orangorang yang bisa masuk dapur juga dibatasi.
Setiap hari petugas dari kantor Kesehatan Pelabuhan ( KKP) Kelas I Surabaya melakukan pemeriksaan dapur. Pengecekan dilakukan selama proses memasak berlangsung. ”Jadi, masakan untuk jamaah terjamin kebersihan dan gizinya,” terang Nim. (ant/c25/git)