Jawa Pos

Asah Kekompakan dengan Aneka Lomba

Setiap sekolah memiliki cara tersendiri untuk meningkatk­an wawasan kebangsaan anak didiknya. Bisa diselipkan ke materi pembelajar­an, games, kompetisi, maupun kerja sama dengan pihak luar.

-

MEMASUKI Agustus, beberapa sekolah mulai menyiapkan beragam kegiatan untuk menyambut peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-72 Republik Indonesia. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi cara untuk meningkatk­an wawasan kebangsaan siswa.

Di SDN Pucang 3, kegiatan itu berupa kompetisi dan permainan. Nilai luhur kebangsaan bisa diserap anak-anak melalui permainan yang membutuhka­n kerja sama dan kekompakan. ’’Tentunya juga harus yang menyenangk­an,’’ ujar Kepala SDN Pucang Eddy Setiawan. Siswa dididik dalam lingkup kecil dulu. Yakni, bagaimana mereka bekerja sama dalam kelompokny­a saat berkompeti­si. Juga, kreativita­s dan kekompakan saat bermain. ’’Sebelum berpikir satu negara, mereka diajarkan dalam lingkup kecil dulu,’’ lanjutnya.

Eddy mencontohk­an permainan tarik tambang. Saat itu siswa belajar kebersamaa­n dan kekompakan. ’’Kapan harus menarik kuat. Siapa yang kebagian menarik di depan atau belakang. Semua ada porsinya masing-masing dan harus dikomunika­sikan dengan baik,’’ tuturnya.

Karena itu, bulan ini sekolah tersebut mengadakan banyak kompetisi. Ada tarik tambang, gobak sodor, serta menghias kelas. Juga, ada adu cepat memindahka­n bendera, memasukkan pensil dalam botol, kebersihan kelas, serta membaca puisi tentang Indonesia.

Sangat banyak nilai yang dapat diserap dari kompetisi tersebut. Eddy lantas mencontohk­an kompetisi adu cepat memindahka­n bendera. Meski yang juara sudah ada, peserta lainnya tidak boleh menghentik­an permainan. Mereka harus menyelesai­kan permainan meski terakhir. ’’Itu untuk melatih tanggung jawab mereka,’’ katanya. ’’Siswa pun tak perlu berkecil hati jika kalah. Tidak masalah mengakui kehebatan tim lain. Namun, jadikan kekalahan sebagai evaluasi,’’ tambahnya.

Bukan hanya siswa, orang tua pun harus mendukung peningkata­n wawas- an kebangsaan anaknya. Misalnya, orang tua harus mendukung saat anaknya mengikuti lomba. Bentuknya bisa berupa komunikasi yang intens atau membantu menyumbang ide. ’’Khusus kelas VI, kami tugaskan untuk membuat resume terkait upacara bendera di istana,’’ jelas Suwarno, guru kelas VI. Jadi, pada 17 Agustus mendatang, setelah mengikuti kegiatan di sekolah, mereka diminta pulang untuk menyaksika­n siaran langsung upacara bendera di televisi.

Satu per satu acara harus mereka ketahui. Termasuk nama petugas pengibar bendera serta urutan berbarisny­a. Nah, untuk tugas tersebut, orang tua harus ikut berperan. Mereka bisa mendamping­i anaknya sekaligus melakukan pengawasan. ’’Orang tuanya juga sekaligus belajar dan mengenal bagaimana upacara bendera berlangsun­g,’’ jelas Suwarno. (uzi/c15/ai)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ?? KEBERSAMAA­N: Siswa dan guru SMP Islam Sidoarjo memasang bendera serta hiasan merah putih. Sekolah memperdeng­arkan lagu nasional dan daerah sebanyak dua kali dalam sehari agar siswa hafal.
HANUNG HAMBARA/JAWA POS KEBERSAMAA­N: Siswa dan guru SMP Islam Sidoarjo memasang bendera serta hiasan merah putih. Sekolah memperdeng­arkan lagu nasional dan daerah sebanyak dua kali dalam sehari agar siswa hafal.
 ??  ?? AYO SEMANGAT: Albram Rizwahyudi (kiri) berusaha memasukkan bendera ke dalam botol. Sementara temannya sudah lari.
AYO SEMANGAT: Albram Rizwahyudi (kiri) berusaha memasukkan bendera ke dalam botol. Sementara temannya sudah lari.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia