Jawa Pos

Ngecat Kuburan Berujung ke Busan

Wajahnya selalu tersenyum. Pembawaann­ya kalem. Kata orang-orang dekatnya, dia memang pendiam. Tetapi siapa sangka, Firdaus bisa juga menunjukka­n ”taringnya.” Menjadi satu-satunya wakil Surabaya, Firdaus berhasil mendapat medali emas di Festival Wirakarya

- DEBORA DANISA SITANGGANG

SAAT berkunjung ke SMAN 12, siapa saja yang datang bisa langsung melihat lemari juara. Di dalamnya, bermacam piala dan hasil karya para siswa ditampilka­n di balik kaca. Namun, tidak ada teknologi tepat guna (TTG) buatan Firdaus di dalamnya. Medalinya pun tak tampak. ”Saya taruh di rumah. Medalinya masih diduplikat,” ungkapnya ketika dihubungi Jawa Pos.

Baru seminggu lalu Firdaus mendapatka­n predikat juara itu. Dia tampil begitu meyakinkan dalam final Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka. Berbekal TTG penyaring udaranya, presentasi Firdaus membuat juri manggutman­ggut kagum. Meskipun, tetap banyak masukan untuk remaja 16 tahun itu.

Walau juara, Firdaus memutuskan untuk menaruh karyanya di rumah saja. Karena itu, siswa kelas XI IPS 2 tersebut mengajak Jawa Pos ke rumahnya di Kepatihan, Menganti, Gresik. Rupanya, alat penyerap asap dan penyaring udara itu dia gunakan sendiri.

Benda kotak berukuran 60 x 40 sentimeter itu dia taruh di kamarnya

Kerja sama dengan dua lembaga tersebut penting dilakukan lantaran saat ini di SMA belum tersedia guru yang memiliki kompetensi keahlian yang teruji. ”Ini penting agar pelatihan kepada siswa SMA

double track bisa berjalan efektif,” ucapnya kemarin (13/8).

Untuk jenis kompetensi keahlian, dispendik saat ini sedang memetakan minat siswa. Yakni, apa saja bidang keahlian yang diinginkan mereka. Berbagai minat tersebut nantinya dijaring dan dicocokan dengan kebutuhan pasar.

Melalui sistem kerja sama itu, sekolah yang ditunjuk sebagai SMA

double track tidak perlu membuat kurikulum anyar. Sekolah cukup mengadopsi kurikulum yang sudah ada di SMK dan LKP. Pembelajar­annya pun lebih efisien.

Saat ini dispendik belum memastikan mengenai posisi penambahan pembelajar­an vokasional di SMA double track. Yakni, apakah dimasukkan ke ekstrakuri­kuler ataukah sebagai pelajaran muatan lokal.

Untuk kategori siswa, dispendik juga akan menyeleksi setiap siswa yang bersekolah di SMA double track. Ada beberapa syarat yang akan menjadi pertimbang­an dispendik dalam memilih siswa. Yakni, soal kondisi ekonomi dan minat siswa tersebut terhadap keterampil­an yang akan diajarkan.

Pembelajar­an materi keterampi lan saat ini terus disusun. Yaitu, menggunaka­n sistem enam bulan pelatihan intensif atau menerapkan pola pelatihan keberlanju­tan. Mulai kelas X hingga XII. ”Dua model ini nanti dipilih salah satu. Tentu harus disesuaika­n dengan anggaran yang ada,” jelasnya. Eka menambahka­n bahwa pembentuka­n SMA double track bertujuan mengurangi tingkat penganggur­an lulusan SMA. Terutama bagi mereka yang tidak melanjutka­n ke S-1 perguruan tinggi lantaran terbentur masalah biaya.

Meski belum jelas sekolah mana saja yang akan ditunjuk, program baru tersebut disambut baik oleh kalangan guru. Misalnya, yang disampaika­n oleh Kepala SMAN 7 Achmad Djunaidi.

Melalui sistem itu, siswa yang selama ini tidak terserap di perguruan tinggi akan mendapat kesempatan lebih baik untuk bekerja. ”Karena sebelumnya mereka sudah dilatih di sekolah,” katanya.

Di SMAN 7, setiap tahun 70 persen siswa melanjutka­n pendidikan di perguruan tinggi. Sementara itu, 30 persen memilih bekerja secara langsung. Mayoritas, mereka bekerja di sektor informal. ”Banyak siswa yang belum tahu. Kalau masuk SMA itu, seharusnya lanjut ke pendidikan tinggi,” ujarnya.

Meski begitu, Djunaidi berharap, jika sekolahnya terpilih sebagai pilot project SMA double track, pelatihan siswa sudah seharusnya dilakukan secara berkelanju­tan. Sebab, dia pernah kecewa dengan pelatihan keahlian yang sebelumnya diberikan pada SMAN 7. ”Waktu itu dilatih, tapi tidak berkelanju­tan. Mandek,” tuturnya.

Kepala SMAN 8 Ligawati juga mengapresi­asi langkah Dispendik Jatim untuk membentuk SMA double track. Melalui pelatihan keterampil­an, siswa lulusan SMA akan lebih siap menghadapi hari depan. ”Mereka bisa menjadi pekerja yang terampil dan siap menghadapi persaingan,” jelasnya. (elo/c20/git)

 ?? DEBORA DANISA SITANGGANG/JAWA POS ?? PENEGAK BERPRESTAS­I: Firdaus Juliansyah menunjukka­n alat penyerap asap yang membawanya sebagai juara. Foto kanan, Firdaus menerima medali Festival Kampung Kelir.
DEBORA DANISA SITANGGANG/JAWA POS PENEGAK BERPRESTAS­I: Firdaus Juliansyah menunjukka­n alat penyerap asap yang membawanya sebagai juara. Foto kanan, Firdaus menerima medali Festival Kampung Kelir.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia