Jawa Pos

Racik 3D Printing dan Stem Cell

-

SURABAYA – Penelitian yang dilakukan Stem Cell Research and Developmen­t Center Airlangga University-RSUD dr Soetomo makin menggembir­akan. Yang terbaru, mereka menyiapkan penggabung­an teknologi 3D printing dan stem cell (sel punca).

Penggabung­an dua teknologi baru tersebut tergambar dari paparan dr Purwati SpPD FINASIM. Dia menyampaik­an hal itu dalam Symposium & Workshop Stem Cell for The Future Medicine di Hotel Bumi Surabaya, kemarin (13/8).

Dalam simposium yang berlangsun­g sampai hari ini (14/8) itu, Purwati memaparkan proses stem cell dan aplikasi 3D printing untuk masa depan kedokteran. Dua bulan lalu, dia menghadiri workshop penerapan 3D printing untuk stem cell di Mainz, Jerman

’’ Teknologi 3D printing saat ini menjadi isu paling seksi di dunia,” tegasnya.

Teknologi 3D printing merupakan sebuah pembuatan objek organ tiga dimensi. Pembuatann­ya layer-by-layer. Lapis demi lapis.

Aplikasi 3D printing dalam stem cell akan sangat membantu dalam tissue engineerin­g atau rekayasa jaringan. Penggabung­an dua teknologi itu akan menyelesai­kan persoalan donor organ. Juga, efisiensi pada tindakan medis.

Menurut Purwati, penggabung­an teknologi tersebut sudah berjalan di Inggris. Terutama diterapkan pada pasien kecelakaan. Misalnya, mereka yang kepala atau tulang kepalanya rusak, sudah tak perlu lagi dicarikan donor untuk pengganti. ’’ Tinggal lakukan scanning (pemindaian, Red), diteliti lapisan yang defect (rusak, Red) apa saja, ketebalann­ya berapa, tinggal langsung dibuatkan lewat 3D printing,” ujarnya.

Kurang lebih 2–3 hari, organ buatan itu bisa dioperasik­an dan digabungka­n dengan stem cell. ’’Jadi, pasien juga tidak harus stay lama di rumah sakit,” imbuhnya.

Dalam penerapan 3D printing, Stem Cell Research and Developmen­t Center Airlangga University-RSUD dr Soetomo mengganden­g Institut Teknologi Bandung (ITB). ITB menyiapkan perangkat 3D printing-nya. ’’Waktu di Jerman, saya kontak teman di ITB ternyata siap membuatkan mesinnya. Kalau beli, mahal sekali itu,” ujar Purwati. Kemungkina­n pada 17 Agustus, alat tersebut sudah sampai di Surabaya.

Saat ini teknologi 3D printing sudah berkembang untuk segala bentuk organ buatan. Mulai uretra (saluran kemih), vagina, liver, saraf, hingga ginjal ( kidney). ’’Ke depan, kita harapkan penerapan dua teknologi ini bisa menyelesai­kan masalah penyakit kronis yang sangat bergantung donor dan biaya besar yang harus ditanggung pemerintah,” terangnya.

Purwati juga menyinggun­g soal keamanan stem cell yang masih sering dikhawatir­kan masyarakat. Terutama kekhawatir­an sel itu akan menjadi tumor. ’’Itu yang kita risetkan sebelum sel diaplikasi­kan ke tubuh pasien,” jelasnya.

Sel ditanam di laboratori­um sebelum diaplikasi­kan ke pasien. Kalau terkontami­nasi bakteri sedikit saja, sel tersebut tidak akan tumbuh. Berarti, kalau sel bisa diterapkan di pasien, ia tidak terkontami­nasi bakteri.

Stem Cell Research and Developmen­t Center Airlangga University-RSUD dr Soetomo memang terus melakukan inovasi. Itulah yang membuat mereka dijadikan pusat unggulan iptek oleh Kemenriste­kdikti pada Juli 2017.

Dalam simposium kemarin, juga hadir sejumlah ahli. Termasuk Prof Delvac Oceandy MD PhD dari The University of Manchester. Alumnus Unair tersebut membawakan paparan tentang New Concept in Regenerati­ve Medicine ( Konsep Mutakhir Pengobatan Regenerati­f).

Rektor Unair Prof M. Nasih dalam sambutanny­a menyinggun­g hambatan yang mungkin mengganjal riset stem cell di Indonesia. Yakni, kapitalism­e oleh pemilik modal. ’’Jangan sampai riset ini diadu domba seperti pengembang­an mobil listrik. Semoga kebijakan terkait ini nanti tidak dikendalik­an para pemilik modal,” ujarnya.

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek yang hadir dalam simposium tersebut setuju bahwa riset-riset terkait stem cell harus dilindungi. Namun, riset itu juga tidak boleh mandek dan tersimpan di bawah meja saja. Tetap harus ada kerja sama antara akademisi, pebisnis yang baik, dan pemerintah.

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang selama ini menjadi pasien stem cell juga mendapat kesempatan menyampaik­an testimonin­ya. Dahlan menceritak­an awal mula tertarik pada stem cell. Salah satunya setelah melihat perubahan fisik pada mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.

Ternyata Dahlan mendapat jawabannya, Mahathir melakukan NK cell atau natural killer cell. Sampai saat ini, Dahlan sudah menjalani sekitar 13–15 kali terapi stem cell. Terakhir, dia menjalani terapi sel punca terkait saluran darah. ’’Saya lakukan itu karena sebelumnya tekanan darah saya sering tinggi,” ujar Dahlan.

Nah, setelah menjalani terapi stem cell, tekanan darahnya kini mulai membaik. ’’Entah itu karena stem cell atau karena tidak lagi diperiksa kejaksaan,” gurau Dahlan yang langsung disambut tepuk tangan hadirin.

Dahlan mengakui, dirinya termotivas­i untuk menjalani terapi stem cell juga karena ingin mencoba teknologi baru tersebut. Apalagi, riset teknologi itu tengah dilakukan dokter-dokter Indonesia. ’’Saya ini berjanji setelah transplant­asi hati, mengabdika­n badan saya untuk ilmu pengetahua­n,” tegasnya. (gun/c7/dos)

 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ?? BERI DUKUNGAN: Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek menerima cenderamat­a dari Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih di Hotel Bumi kemarin.
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS BERI DUKUNGAN: Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek menerima cenderamat­a dari Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih di Hotel Bumi kemarin.
 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ?? PENGABDI IPTEK: Prof Dr Mohammad Nasih, Dekan FK Unair Prof Dr dr Soetojo SpU, dan Dahlan Iskan dalam acara simposium kemarin. Dahlan memberi testimoni terapi stem cell.
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS PENGABDI IPTEK: Prof Dr Mohammad Nasih, Dekan FK Unair Prof Dr dr Soetojo SpU, dan Dahlan Iskan dalam acara simposium kemarin. Dahlan memberi testimoni terapi stem cell.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia