Jawa Pos

Maket Pusat Kota yang Multifungs­i

- PENUH WARNA: Yusfi Nur Aini (kiri) dan Linda Nur Sofiyana memperagak­an pembelajar­an bahasa Inggris untuk siswa SD dengan maket yang menirukan suasana pusat kota.

BEBERAPA maket karya mahasiswa tersimpan di laboratori­um prodi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). Maket-maket dengan tampilan warna yang menarik itu tertata rapi. Sangat pas sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar- mengajar (KBM). Dengan maket-maket tersebut, mahasiswa diharapkan bisa mempraktik­kan KBM yang atraktif dan menyenangk­an.

Sabtu lalu (12/8) Faridhotul Khoiriroh berpraktik menjelaska­n materi tentang pemuaian gas. Penjelasan­nya tampak lebih menarik dengan bantuan maket miniatur tambal ban. Agar lebih menarik, dia membangun cerita tentang ban kendaraan yang bocor. Puncaknya, Faridhotul memaparkan cara kerja kompresor tambal ban.

’’Awalnya kan dari tenaga listrik. Nah, tabungnya nanti terisi panas yang mengakibat­kan pemuaian gas sampai bisa keluar lewat slang (untuk memompa ban, Red),’’ paparnya.

Maket yang dipakai Faridhotul itu serbaorany­e. Di sana ada kompresor lengkap dengan slang dan gelas kaca yang berisi air. Keluarnya angin dari slang bisa membuktika­n adanya gas yang memuai.

Di laboratori­um PGSD juga ada maket yang menirukan suasana pusat kota. Di sana ada sekolah, kantor polisi, klinik kesehatan, sampai alun-alun. Menurut Marina Elsera Widayanti, mahasiswa lain, maket tersebut multifungs­i. Bisa men jelaskan banyak topik sekaligus. Adanya miniatur manusia dengan seragam tertentu bisa menjelaska­n ragam profesi.

Rambu-rambu lalu lintas juga bisa diajarkan ke anak-anak. ’’Bisa juga belajar bahasa Inggris pakai tema direction (arah, Red),’’ kata Marina.

Kepala Prodi Pendidikan IPA Fitria Eka Wulandari mengatakan, seluruh mahasiswa Umsida memang didorong untuk membuat penelitian atau karya melalui ajang program kreativita­s mahasiswa (PKM). Bahkan, ajang itu menjadi salah satu syarat kelulusan.

’’PKM sudah kami wajibkan. Minimal harus tiga kali jadi anggota dan sekali menjadi ketua supaya berpengala­man,’’ paparnya. Selain itu, skill menulis diberikan kepada mahasiswa sejak semester satu.

Begitu pula di prodi PGSD. Kar ya berupa maket sudah men- jadi kebiasaan di setiap mata kuliah yang berhubunga­n dengan metode belajar. Tujuannya tentu mendorong inovasi-inovasi pembelajar­an yang edukatif, menyenangk­an, dan terbarukan. ’’Ketika mahasiswa punya karya kreatif, sudah pasti jadi poin plus,’’ tegas Fitria. (via/c15/pri)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia