Cuma Game dan Medsos
UNTUK apa saja warga Kota Pudak berinternet ria? Di warkopwarkop, mereka memanfaatkan fasilitas gratis itu untuk bermain game dan mengakses media sosial. Eko Dharmawan Nizar, misalnya. Karyawan perusahaan swasta itu tidak pernah lepas dari gadget ketika duduk di warkop. ”Paling sering main game,” ujarnya.
Menurut Nizar, bermain game di warkop menjadi salah satu cara melepas penat setelah seharian bekerja. Selain menyenangkan, biayanya murah. ”Cukup bayar kopi saja, bisa main sepuasnya,” kata lelaki asal Lamongan tersebut.
Itu saja? ” Nggak juga. Buat kerja juga,” tambah alumnus Informatika Unesa Surabaya itu. Layanan wifi gratis di warkop juga membantu dalam pekerjaan. Misalnya, saat ada masalah jaringan perusahaan.
Sebagai petugas IT, kata Nizar, dirinya harus siap di mana pun dan kapan pun. Setiap ada masalah, dia harus siap menyelesaikan. Sebab, aplikasi perusahaan berjalan 24 jam nonstop.
Yuan Abadi tidak jauh berbeda dengan Nizar. Warga Desa Giri, Kecamatan Kebomas, itu kerap memanfaatkan internet di warkop untuk bermain game. Sekali duduk, dia bisa menghabiskan waktu sampai empat jam. ”Minimal dua jam,” ujarnya.
Menurut Yuan, fasilitas internet gratis di warkop memang hemat. Misalnya, untuk update aplikasi di smartphone. Aplikasi Facebook saja membutuhkan kuota minimal 30 Mb. ”Kalau pakai wifi di warkop lebih ngirit,” tuturnya.
Ibnani Yazin berbeda. Lelaki 23 tahun itu lebih suka bukabuka medsos. Yang paling sering dibuka situs berita. Baik portal berita maupun medsos yang berisi informasi aktual. ”Main game kadang-kadang saja,” ucapnya.
Bagus Nur Cahyo, pemilik warkop di Jalan dr Soetomo, mengatakan, layanan internet gratis sengaja diberikan untuk menarik pelanggan. Itu terbukti. Baru setahun berdiri, warkopnya selalu ramai.
Tidak rugi? ”Sama sekali nggak,” tegasnya. Menurut Bagus, memberikan layanan wifi gratis justru meningkatkan penjualan. Dalam sebulan, biaya langganan internet warkopnya mencapai Rp 800 ribu untuk dua akses. Yang jelas, hasilnya sesuai dengan pengeluaran.
”Kalau (internet, Red) cepat, pelanggan pasti senang,” kata lelaki 22 tahun tersebut.
Hal senada diungkapkan Wisnu Syahrani, pemilik warkop di Jalan Akasia, kompleks Perumahan Bhakti Pertiwi (BP) Wetan. Lelaki 40 tahun itu memasang dua wifi dari provider yang berbeda. ”Antisipasi kalau salah satunya trouble,” terangnya. Tujuannya, pelanggan jangan sampai pindah.
Wisnu menjelaskan, kapasitas internet dengan kecepatan 20 Mbps di warkopnya bisa dipakai untuk 100 gadget. Itu gadget kecil seperti smartphone. ”Kalau pakai laptop, perbandingannya 1:10 gadget,” paparnya beranalogi.
Layanan internet gratis itu menjadi daya tarik kuat. Pelanggan warkop bisa sekadar bermain, bersosialisasi, sekaligus bekerja. ( adi/hen/c7/roz)