Jawa Pos

Komisaris First Travel Diduga Kabur ke LN

Pengembali­an Uang Jamaah Makin Tidak Jelas

-

JAKARTA – Polisi, tampaknya, harus bekerja keras untuk mengungkap aliran dana milik jamaah umrah First Travel. Selain Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan yang tidak kooperatif menjalani pe nyidikan, polisi mulai kehilangan jejak manajer keuangan sekaligus adik Anniesa, Kiki Hasibuan. Padahal, catatan penghimpun­an uang jamaah berada di tangan Kiki.

Dengan belum terlacakny­a Kiki, praktis harapan ribuan jamaah untuk segera mendapatka­n kembali uang yang telah mereka setor ke First Travel menjadi tidak jelas. Kiki bahkan disebut-sebut telah melarikan diri ke luar negeri (LN)

Pelapor sekaligus salah satu agen First Travel berinisial DH menyatakan, kemarin sejumlah agen intens melakukan pembicaraa­n terkait dengan kelanjutan kasus First Travel. Mereka berfokus pada pengembali­an uang jamaah. Nah, dalam komunikasi tersebut, muncul informasi bahwa Kiki alias Siti Nuraidah telah kabur.

”Kami saling memberikan informasi agar kasus ini segera terungkap. Muncul dari agen hal itu,” ujarnya.

Kiki diduga kuat tidak hanya kabur ke luar kota, tetapi ke luar negeri. Dia pergi ke luar negeri pada hari yang sama dengan penangkapa­n dua kakaknya. ”Setelah terlihat mobilnya di kantor di Depok pada hari yang sama dengan kakaknya ditangkap, dia kemungkina­n (langsung) ke luar negeri,” tuturnya.

Sejumlah agen memiliki dugaan negara mana yang menjadi tujuan Kiki. Pertama, Inggris. Selama ini memang ada kantor cabang First Travel di negeri Britania Raya tersebut. ”Memang sejak lama ada cabang di Inggris. Entah mengapa ada cabang di luar negeri semacam itu,” ungkapnya.

Dari situs First Travel, kantor cabang di Inggris beralamat di 7 Orchard Gate London NW96HU. Belum diketahui pasti apakah benar-benar ada cabang First Travel di Inggris atau sekadar klaim. ”Kalau dari agen, memang ada cabang itu,” tuturnya.

Negara kedua yang mungkin menjadi tujuan kaburnya adik kandung Anniesa itu adalah Amerika Serikat (AS). Kiki memang beberapa kali mengaku berlibur ke negara tersebut. ”Kalau ini agen yang menduga karena dia sering kesana,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin (15/8).

Di tempat terpisah, Kabareskri­m Komjen Ari Dono Sukmanto mengisyara­tkan adanya tambahan tersangka dalam kasus yang merugikan jamaah hingga Rp 550 miliar tersebut. Menurut dia, penambahan tersangka bergantung sejauh mana keterlibat­an mereka.

”Sejauh apa pengetahua­nnya terkait kasus ini. Kalau memang dia sudah mengetahui skenariony­a yang salah, tentu bisa. Kalau hanya karyawan biasa tidak tahu benar, tidak akan menjadi tersangka,” jelasnya.

Sebelumnya, saat ditanya apakah calon tersangka itu adalah Kiki, Ari enggan memastikan. Dia hanya menjelaska­n, semua yang terlibat pasti akan dimintai keterangan dan pertanggun­gjawaban.

Seorang sumber mengungkap­kan, polisi kini berfokus mengejar Kiki. Namun, dalam beberapa kali penggerebe­kan, Kiki tidak ditemukan.

Sementara itu, polisi menginvent­arisasi aset bergerak dan tidak bergerak milik Andika dan Anniesa. Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Brigjen Herry Rudolf Nahak menyatakan, di antara tiga kantor First Travel, hanya satu yang benar-benar milik perusahaan bermasalah tersebut. Yakni, kantor di Depok. ”Kantor itu akhirnya disita, namun akan dicek kembali kepemilika­nnya,” jelasnya.

Selanjutny­a, sebuah rumah tinggal milik Andika dan Anniesa di Jalan Taman Vennesia Selatan, Sentul City, Sumur Batu, Babakan Madang, Kabupaten Bogor. ”Rumah itu juga telah digeledah dan digaris polisi,” terang Herry saat ditemui di depan kantor Bareskrim, Kementeria­n Kelautan dan Perikanan (KKP), kemarin.

Dari pantauan Jawa Pos, rumah di kawasan perumahan elite itu memang tidak mudah dimasuki. Ada petugas keamanan yang selalu memfilter tamu. Identitas tamu juga harus ditinggalk­an dan baru bisa diambil kembali setelah tamu keluar kawasan perumahan tersebut.

Dari pintu masuk kompleks, rumah Andika dan Anniesa berjarak sekitar 300 meter. Kendati kawasan elite, rumah Andika dan Anniesa jauh lebih mentereng daripada rumah yang lain. Bila satu kavling rumah di kawasan itu sekitar 200 meter persegi, rumah bos First Travel tersebut gabungan beberapa kavling. Bisa 3–5 kavling.

Herry menambahka­n, untuk mobil, ada empat unit. Awalnya ada enam mobil. Namun, belakangan dua mobil ternyata berstatus sewaan. ”Dua mobil itu akhir- nya dikembalik­an,” terangnya.

Yang juga penting, saat ini Bareskrim, Kementeria­n Agama, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan akan membuka crisis center pada hari ini (16/8). ” Crisis center ini bisa untuk mengurus semua keperluan korban.”

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombespol Martinus Sitompul menyatakan, crisis center itu akan menjembata­ni kebutuhan korban dengan pemerintah. ”Misalnya, terkait paspor yang ingin diambil,” ujarnya.

Berbagai pengaduan juga akan diterima crisis center. Mereka akan menerima pengaduan setiap hari sejak pukul 09.00 hingga pukul 18.00. ”Masyarakat yang menjadi koban bisa segera melapor ke crisis center,” terangnya.

Direktur Umrah dan Haji Khusus Kemenag Muhadjirin Yanis menjelaska­n proses pemberangk­atan umrah jamaah First Travel dan proses refund. Dia menyatakan, meski Andika dan Anniesa ditahan polisi, kewajiban atau tanggungan itu tidak lantas hilang. ”Mereka kan yang selama ini mengumpulk­an uang,” ujarnya kemarin. Negara, lanjut dia, tidak mungkin mengambil alih dengan membiayai keberangka­tan umrah jamaah First Travel .

Muhadjirin juga membenarka­n bahwa Kemenag dan Polri telah membentuk crisis center dalam kasus First Travel. Dia berharap jamaah atau agen memanfaatk­an saluran crisis center itu untuk pengaduan. (idr/wan/c5/agm)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia