Radio Guam Siarkan Alarm Darurat
Korut Tunda Serangan Rudal
HAGATNA – Tepat pada pertengahan Agustus, Emergency Alert Broadcast System alias sistem peringatan darurat di Pulau Guam mulai aktif. Pukul 00.15 kemarin (15/8), dua stasiun radio menyebarluaskan pesan darurat kepada publik. Penduduk di pulau yang merupakan bagian dari Amerika Serikat (AS) itu pun bingung. Sebab, ketegangan di Semenanjung Korea akibat krisis AS dan Korea Utara (Korut) sudah reda.
Mendengar alarm darurat, sejumlah penduduk Guam yang masih terjaga pada pergantian hari langsung mengontak polisi. Mereka ingin memastikan bahwa peringatan bahaya yang disiarkan dua stasiun radio tersebut benar. Ternyata, alarm itu palsu. Setelah sekitar 15 menit disiarkan, sistem peringatan bahaya yang biasanya hanya diaktifkan saat ada serangan teror atau serangan militer itu pun dicabut kembali.
”Kami sudah berbicara dengan pengelola dua stasiun radio tersebut untuk memastikan bahwa kesalahan seperti itu tidak akan terulang.” Demikian keterangan resmi Kantor Pertahanan Sipil Guam tentang blunder yang dibuat dua stasiun radio tersebut. Salah satunya adalah stasiun radio yang khusus menyiarkan musik. Alarm bahaya itu menyala setelah ada penyiar yang tidak sengaja mengaktifkannya.
Setelah sistem peringatan bahaya dimatikan, pemerintah setempat memberikan klarifikasi kepada masyarakat tentang alarm tersebut. Jubir Kantor Keamanan Dalam Negeri Guam menyatakan, jika benar-benar terjadi kedaruratan, sistem peringatan akan berbunyi dan masyarakat mendapatkan informasi lengkap tentang bahaya yang dihadapi.
”Alarm yang berbunyi itu tidak ada kaitannya dengan situasi darurat atau ancaman dan peringatan apa pun,” terang George Charfauros, penasihat keamanan pada Kantor Keamanan Dalam Negeri Guam, tentang peringatan palsu kemarin. Dia mengimbau masyarakat tetap tenang. Sejauh ini, belum ada perubahan tingkat ancaman bahaya di pulau yang terletak di Samudera Pasifik tersebut.
Senin malam (14/8), sekitar 75 penduduk Kota Hagatna menggelar aksi damai. Dari ibu kota Guam itu, mereka menyerukan perdamaian. Mereka berharap ketegangan AS dan Korut tidak membuat pulau yang menjadi tuan rumah dua pangkalan militer Negeri Paman Sam tersebut menjadi korban. Apalagi, pulau yang dihuni sekitar 162.000 penduduk itu tidak pernah sepi wisatawan.
Sementara itu, Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa Kim Jong-un tidak akan mewujudkan ancamannya terhadap Guam dalam waktu dekat. Saat ini, pemimpin tertinggi Korut itu memilih untuk meninjau ulang rencana serangan rudal ke pulau yang berjarak sekitar 3.430 kilometer dari wilayahnya tersebut. Namun, Korut tetap menyiagakan para personel militer dan mempersiapkan rudal.
”Kami akan bersabar sebentar lagi dan mengawasi apa yang Yankee (AS) bodoh itu lakukan,” terang KCNA, mengutip perkataan Jong-un. Pyongyang yakin saat ini AS menghadapi masa sulit. Tapi, itu merupakan konsekuensi yang harus ditanggung setelah memicu ketegangan di Semenanjung Korea dengan ceroboh. Kini, menurut Jong-un, bola panas berada di tangan AS.
Pada Senin, putra mendiang Kim Jong-il tersebut menginspeksi pasukannya. Itu merupakan penampilan publik perdananya dalam dua pekan terakhir. ”Di hadapan militer DPRK, beliau menegaskan, jika Yankee (AS) tetap nekat melanjutkan provokasi di Semenanjung Korea dan membuat kesabaran DPRK habis, rencana yang sudah disusun direalisasikan,” terang salah seorang pejabat pemerintah kepada KCNA. (AFP/ Reuters/BBC/hep/c21/any)