Jawa Pos

Don't Mess with Mommy!

- Anak Nafa Urbach Jadi Target Pedofil

JAKARTA – Urusan kejahatan seksual pada anak memang tak boleh mainmain menanganin­ya. Menyangkut banyak hal, termasuk masa depan buah hati yang masih panjang terbentang. Penyanyi Nafa Urbach sedang dibuat geram oleh komentar warganet yang muncul di bawah pemberitaa­n online tentang putrinya, Mikhaela Lee Jowono, 6.

Berita itu bercerita tentang Mikha yang cantik dan pandai menyanyi. Saat membaca kolom komentar dalam artikel yang diunggah Line Today itu, Nafa ternyata menemukan banyak kata-kata loli atau lolita. ”Di bawah komentar loli itu, ada juga yang nulis ati-ati terciduk. Saya berpikir kenapa terciduk, ya. Tapi, di bawahnya, ada lagi yang tulis lolita. Kok anak saya dipanggil loli, loli, loli, maksudnya apa,” kata Nafa di Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, kemarin (15/8).

Nafa merasa itu bukan kata yang baru. Hanya, dia tak tahu arti pastinya. Setelah itu, Nafa mencari di internet. Hasilnya mengagetka­n Nafa. Loli atau lolita merupakan kata yang dipakai para pedofil untuk menyebut anakanak di bawah umur yang mereka sukai. Nafa marah besar dan mengancam warganet yang telah menulis komentar semacam itu. ” Don’t mess

with mommy,” ujar Nafa. Sebagai ibu, hal tersebut sangat meresahkan­nya. Dia merasa kasus penangkapa­n pedofil yang berkomunik­asi melalui grup di jejaring Facebook beberapa bulan lalu belum tuntas betul. Pelakunya masih berani berkeliara­n. Saat itu pula dia mempersila­kan semua orang yang pernah terlibat dengan kasus pedofilia mengirimka­n pesan pribadi melalui Instagram- nya. Tak disangka. Ribuan pesan masuk.

”Sebagian besar mereka merupakan korban. Di mana, masa kecilnya dilecehkan. Ada juga ibu yang memiliki anak korban pedofil. Mereka tidak melapor karena merasa bukan artis, orang besar, atau pejabat sehingga khawatir kasusnya juga akan dibiarkan begitu saja. Ada yang bilang, saya pernah melaporkan kasus ini kepada pihak berwajib. Tapi, tidak ada kelanjutan,” paparnya.

Merasa harus mengambil langkah nyata, Nafa menunjuk Sandy Arifin sebagai kuasa hukum. Dia meminta Sandy membedah kasusnya sehingga dirinya tahu langkah yang diambil. Nafa datang di Polda Metro Jaya dalam rangka berkonsult­asi. Bukti apa saja yang harus dikumpulka­n supaya dia bisa melaporkan warganet tak senonoh itu. ”Setidaknya, dengan langkah saya ini, saya memunculka­n kesadaran ibu-ibu di Indonesia bahwa pedofil berkeliara­n di mana saja,” tegas perempuan yang sudah merundingk­an langkahnya itu dengan sang suami, Zack Lee.

Sikap Nafa tersebut bisa menjadi contoh bagi perempuan-perempuan se-Indonesia. Baik yang sudah menyandang status ibu maupun belum. Kejahatan seksual pada anak tidak pandang bulu. Anak artis saja bisa menjadi target. Karena itu, Jawa

Pos For Her mengadakan gerakan Tangkis Community Competitio­n.

Komunitas-komunitas perempuan silakan beraksi. Tunjukkan kepedulian untuk anak-anak di sekitar Anda. Lakukan berbagai aktivitas yang bertujuan mencegah hal buruk itu terjadi. Bisa dengan melakukan penyuluhan atau memberikan pendamping­an. Efek yang dihasilkan jika Nafa melakukan perjuangan­nya itu sendiri tentu akan jauh berbeda bila semua perempuan Indonesia mau bersatu untuk tujuan mulia ini. Let’s do it now. Untuk lebih jelasnya bisa buka situs forher.jawapos.com. (glo/c16/ayi)

 ?? FEDRIK TARIGAN/JAWA POS ?? KEKUATAN MAMA: Nafa Urbach di Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya kemarin (15/8). Dia berkonsult­asi sebelum melaporkan warganet yang memberi komentar tak senonoh pada artikel tentang putrinya.
FEDRIK TARIGAN/JAWA POS KEKUATAN MAMA: Nafa Urbach di Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya kemarin (15/8). Dia berkonsult­asi sebelum melaporkan warganet yang memberi komentar tak senonoh pada artikel tentang putrinya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia