Pengibaran Gagal, 12 Paskibra Pingsan
Tak Mau Naik, Bendera Dikibarkan secara Simbolis
CIANJUR – Pasukan pengibar bendera (paskibra) yang bertugas di Lapangan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, didera tekanan batin yang luar biasa. Mereka kemarin (17/8) gagal mengibarkan Sang Merah Putih pada upacara peringatan HUT Ke-72 Republik Indonesia itu. Alhasil, 12 anggota paskibra langsung pingsan. Dua belas siswa-siswi tersebut mendapatkan penanganan medis di RSUD Pagelaran karena masih histeris.
Pada awalnya, seluruh rangkaian acara berjalan baik, hingga akhirnya waktu pengibaran bendera merah putih pun tiba. Setelah bendera diikatkan pada tari pengerek, pasukan pengibar pun memberikan aba-aba bahwa bendera siap dikibarkan.
Namun, kendala teknis terjadi. Tali pengerek pada tiang bendera tidak berfungsi. Akibatnya, panji kebesaran NKRI itu pun tidak mau naik. Panik, sejumlah siswi langsung pingsan. Hingga akhirnya, bendera pun dikibarkan secara simbolis dengan cara dipegang di empat ujung bendera oleh anggota paskibra Kecamatan Pagelaran.
”Mulanya normal, tidak ada yang janggal, berjalan lancar. Hanya, sewaktu pengibaran, tiba-tiba tali dan katrolnya tidak berfungsi. Kebetulan, saat pengibaran, saya juga berada di lokasi,” ujar Direktur Utama RSUD Pagelaran Neneng Efa Fatimah kepada Jabar Ekspres ( Jawa Pos Group) kemarin (17/8).
Beban karena merasa gagal atas tugas mengibarkan bendera, 40 anggota paskibra itu menangis. Tidak terkecuali laki-laki. Bahkan, beberapa di antaranya histeris sampai pingsan. ’’Segera tim medis dari RSUD Pagelaran langsung membawa ke rumah sakit untuk menangani perawatan. Sebab, selain histeris, 12 di antaranya dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Saat tiba di rumah sakit, beberapa anggota paskibra juga masih menangis lantaran gagal menaikkan Sang Merah Putih di hari besar peringatan kemerdekaan Indonesia. Setelah mendapatkan penanganan medis, sepuluh anggota paskibra tersebut mulai membaik, sedangkan dua lainnya masih shock.
”Beberapa sudah pulih dan bisa dipulangkan, tapi masih ada yang dirawat karena mengalami sesak napas. Kami tangani secara baik supaya mereka bisa segera kembali pulih,” katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman setelah mengonfirmasi camat Pagelaran menjelaskan, kejadian tersebut merupakan kendala nonteknis di luar perkiraan. Sebab, sehari sebelum kejadian itu, tepatnya saat geladi bersih, pengibaran bisa dilakukan.
”Memang sebelumnya tiang bendera itu dipindahkan agar berada tepat di tengah-tengah. Tidak ada kendala meski dipindahkan, sehari sebelumnya juga normal. Saat pelaksanaan, tibatiba pengerek bendera tidak berfungsi. Namun, setelah dicoba kembali setelah upacara, pengerek bendera berfungsi lagi secara normal. Jadi, belum jelas ini bermasalahnya di mana,” jelasnya.
Menurut Herman, camat pun sudah menyampaikan permohonan maaf terhadap seluruh peserta upacara yang hadir. ”Mungkin anak-anak (paskibra Pagelaran) histeris karena merasa sedih, malu, gagal. Latihan yang panjang pupus di puncak acara,” urainya.
Menurut dia, kejadian tersebut harus menjadi bahan evaluasi semua pihak agar ke depan tidak ada kejadian serupa. ’’Meski sehari sebelumnya lancar, harus diperiksa lagi agar tidak ada kejadian seperti itu,” ungkapnya.
Ketua Purna Paskibra Kabupaten Cianjur M. Ridwan Hadikusumah mengungkapkan, hal yang wajar bagi pengibar bendera merasa sangat sedih ketika terjadi hal seperti itu. Sebab, mereka sudah jauh-jauh hari melakukan latihan. Kekesalan dan kekecewaan akan dirasakan meski kesalahan belum tentu ada pada para pengibar bendera. ”Pengibaran bendera itu tentu hal yang sakral, mau itu 17 Agustus maupun pengibaran lainnya. Wajar kalau sangat sedih,” ucapnya. (bay/tts/rie/c17/ami)