SMK di Jatim Menuju Panggung Dunia
Hasil Nyata Revitalisasi SMK di Jawa Timur
Pemerintah memberikan jaminan pada anak-anak SMK untuk bisa bekerja sesuai standar dan sesuai yang diharapkan dunia industri. Hudiyono Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
IMAGE Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terus menanjak berkat berbagai terobosan yang dilakukan Dinas Pendidikan Jawa Timur. Salah satu inovasi yang membuahkan hasil positif adalah revitalisasi yang sudah dimulai sejak tahun lalu. Program yang merupakan implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK itu dilakukan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Sejak disampaikan Presiden Jokowi pada awal September 2016, sebanyak 12 Menteri Kabinet Kerja, 34 Gubernur, dan Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) mulai bergerak mewujudkannya. Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang mengawali instruksi Presiden tersebut.
Di Jawa Timur, SMK terus dirancang tidak hanya menelurkan lulusan berkeahlian. Namun, memastikan bahwa alumnus SMK mampu mendapatkan pekerjaan seusai tamat pendidikan. ”Pemerintah memberikan jaminan pada anak-anak SMK untuk bisa bekerja sesuai standar dan sesuai yang diharapkan dunia industri,” ungkap Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Hudiyono.
Apa yang disampaikan Hudiyono tersebut bukan hanya retorika. Sebab, Jawa Timur memiliki potensi tinggi di industri dan terus membutuhkan SDM-SDM berkualitas. Menurut data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, terdapat 813.140 unit usaha di Jawa Timur pada 2016. Jumlah itu terdiri atas industri logam, mesin, tekstil dan aneka (ILMTA), industri agro, alat transportasi, elektronik, serta telematika.
Nilai investasinya pun fantastis, yaitu sebesar Rp 67,99 triliun dengan nilai produksi Rp 215,14 triliun. Jumlah tenaga kerja yang bisa terserap mencapai 3.163.511 orang. Potensi tenaga kerja yang hampir menyentuh angka 3,2 juta itu benar-benar dimanfaatkan pemerintah dengan mengembangkan skill para lulusan SMK.
Pemerintah menarget 70 persen ranah industri ditempati oleh lulusan SMK dengan skill mumpuni pada 2019. Menurut Hudiyono, untuk dapat mewujudkannya perlu beberapa pihak yang berintegrasi. ”Ada tiga pihak yang harus aktif yakni sekolah atau instansi, industri, dan birokrasi,” ujarnya. Industri yang biasanya hanya menerima tenaga kerja, kini turut berperan signifikan.
Hudiyono menginginkan SMK dan industri harmonis pada segala lini. Mulai dari perencanaan pembelajaran hingga penyusunan visi misi sekolah ke depannya. Industri dituntut lebih aktif dengan memberi masukan mengenai bagaimana SMK mengembangkan siswanya. ”SMK dan industri harus terintegrasi lewat sebuah organisasi yang menjembatani keduanya,” ungkap Hudiyono.
Sebelumnya, Bursa Kerja Khusus (BKK) menjadi program andalan bagi SMK untuk masuk ke ranah industri. Melalui program kolaborasi antara SMK dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu, tamatan SMK mendapat informasi mengenai lowongan kerja sekaligus penyalurannya.
Kini, pemerintah punya program terbaru dengan membentuk organisasi dalam tubuh industri yang fungsi utamanya menangani pemagangan siswa SMK di industri tersebut. ”Nah, BKK nanti dikolaborasikan dengan organisasi di tubuh industri tersebut,” tuturnya.
BUTUH SINERGI BERBAGAI PIHAK
Sementara itu, revitalisasi SMK menurut Kepala Sub-Bidang Pendidikan dan Kemasyarakatan Ida Tri Wulandari juga menjadi tanggung-jawab beberapa pihak. Selain Dispendik, Dinas Ketenagakerjaan sebagai penyalur atau Dinas Pendidikan dan Olahraga yang mewadahi anak-anak berpotensi lebih untuk olahraga di daerah juga memiliki peran.
Upaya revitalisasi SMK kian mendapatkan jalan lapang lewat program kerja sama dengan Jerman. Usaha yang dilakukan adalah pemberian sosialisasi mengenai kurikulum serupa di Jerman dan penarikan tenaga kerja. Selain itu, puluhan tenaga ahli dari Jerman akan mengajar selama enam bulan di sekitar 30 SMK di Jatim. Bentuk kolaborasi internasional lain juga terlihat dari beberapa pelajar Italia yang mengenyam pendidikan di SMKN 1 Surabaya selama setahun.
Demi mematangkan kerjasama di bidang pendidikan vokasi tersebut, Dispendik bersama Badan Perencanaan Pembangunan Jawa Timur juga mengadakan workshop penindaklanjutan yang mengundang 35 kepala sekolah SMK se-Jawa Timur pada 14-15 Agustus lalu.
Bertempat di gedung Sabha Nugraha Dispendik Provinsi Jawa Timur, para kepala sekolah itu dibimbing Senior Expert Service Indonesia Adam Pamma dan Agus Rubiyanto yang sudah menimba ilmu di Jerman. Dalam workshop itu, Hudiyono juga menuturkan bahwa Kementerian Industri siap memberikan dukungan untukpembiayaan. ”Tahun depan, anggaran yang digelontorkan untuk revitalisasi SMK di Jawa Timur sangat banyak. Dukungan penuh dari pemerintah tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemajuan SMK,” ujarnya.
PENJAMINAN KOMPETENSI MELALUI LSP
Jumat (11/8) lalu, Dispendik Jawa Timur mengadakan Rapat Koordinasi Tentang Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di Hotel Sahid, Surabaya. Rapat itu merupakan salah satu bukti keseriusan Dispendik Jatim menelurkan lulusan SMK yang mumpuni. ”Sebelum masuk industri, ada tes dari LSP. Mereka harus lulus uji keahlian atau kompetensi,” ujar Hudiyono. LSP menjadi portal terakhir yang menjamin bahwa siswa itu punya skill dalam bidang pekerjaan yang akan digeluti. ”Diharapkan, lulusan SMK juga dapat bersaing di ranah global,” imbuhnya.