Dicari, Pengawas Wasit Asing
PSSI dan Operator Lempar Tanggung Jawab
JAKARTA – Kehadiran wasit asing diharapkan meningkatkan kualitas kompetisi Liga 1. Pertanyaannya, siapa yang mengawasi kinerja mereka? Sebab, PSSI maupun PT LIB (Liga Indonesia Baru) selaku operator kompetisi sama-sama mengaku tidak berwenang untuk mengevaluasi kepemimpinan wasit asing.
Ketua Komisi Wasit PSSI Ngadiman Asri menyatakan, pihaknya tidak pernah dilibatkan dalam penggunaan wasit asing di Liga 1. Yang dia tahu, tiba-tiba ada wasit asing yang bertugas di beberapa pertandingan Liga 1.
”Kalau soal wasit asing, coba hubungi saja pihak operator. Kami tidak tahu, sebenarnya penugasan dan evaluasi wasit asing ini menjadi kewenangan siapa. Kami atau pihak operator,” jelas Ngadiman.
Menurut dia, penggunaan wasit asing tidak selamanya menjadi solusi memperbaiki kualitas kompetisi. Bahkan, bagi dia, keberadaan wasit asing adalah sebuah proyek instan. Operator secara cepat telah mengabaikan kualitas wasit lokal.
Kalau memang wasit lokal tidak bagus, operatorlah yang harus berusaha melakukan pembenahan. Misalnya, meningkatkan performa wasit lokal itu pada jeda kompetisi.
”Tidak semua wasit lokal memiliki kualitas yang buruk. Sebaliknya, tidak semua wasit asing juga bagus,” tegas Ngadiman. ”Jadi, kalau ada yang sakit, seha- rusnya diobati, bukan malah diganti dengan yang baru. Jujur saja, banyak wasit lokal yang keberatan dengan datangnya para wasit asing ini,” tambahnya.
Di sisi lain, Tigorshalom Boboy, chief operating officer (COO) PT LIB, berpendapat lain. Menurut dia, keputusan mendatangkan wasit asing adalah murni dari federasi. ”Karena wasit itu adalah otoritas federasi. Kami sebagai operator hanya sebagai pengguna jasa,” terangnya.
Tigor bahkan menegaskan bahwa PSSI-lah yang harus bertanggung jawab penuh atas kualitas wasit asing tersebut. Tanggung jawab itu berada pada komisi wasit yang dipimpin Ngadiman. ”Kalau Pak Ngadiman bilang wasit adalah tanggung jawab operator, itu salah besar,” tandasnya.
Kenyataannya, kepemimpinan wasit asing memang belum 100 persen memuaskan klub. Misalnya, yang terjadi pada laga antara Persija Jakarta melawan PSM Makassar di Stadion Patriot Bekasi (15/8). Pertanding- an itu dipimpin wasit asal Iran Bonyadifard Mooud.
Kubu PSM memprotes keras keputusan wasit yang membatalkan gol Wiljan Pluim pada menit ke- 83 dengan alasan handsball. Padahal, ketika itu skor 2-2. Selain itu, Bonyadifard mengganjar Pluim dengan kartu kuning karena protes keras. Wasit pun mengusir pelatih PSM Robert Rene Alberts.
Kubu PSM telah mengajukan surat keberatan kepada PSSI dan operator kompetisi. CEO PSM Muna- fri Arifuddin menyadari bahwa surat tersebut tidak akan mengubah hasil pertandingan. Namun, dia berharap kartu kuning yang diberikan kepada Pluim dianulir oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.
“PSM sejatinya tidak anti dengan wasit asing. Namun, dia berharap wasit asing yang harus didatangkan harus benarbenar berkualitas. “Kalau seperti ini, maka akan menjadi preseden buruk dan kepercayaan ke wasit asing juga menurun,” ujarnya. (ben/c25/ca)