Jawa Pos

Air Kali Bisa Diminum

Mulai Awal 2018, untuk 300 Pelanggan PDAM

-

SURABAYA – Sesuai namanya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) seharusnya menyediaka­n layanan air siap konsumsi. Nah, kini PDAM Surya Sembada berupaya mewujudkan hal tersebut. Bukan seperti selama ini, air yang didistribu­sikan kepada warga hanya layak untuk mandi.

Untuk kepentinga­n itu, PDAM Surya Sembada kawasan Ngagel Tirto dijadikan pilot project. Saat ini detail engineerin­g design sedang diselesaik­an. Jika sukses, program tersebut bakal dikembangk­an ke perumahan dan apartemen yang tersebar di Surabaya.

Ngagel Tirto ditunjuk lantaran lokasinya dekat dengan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel. Nanti ada 300 pelanggan yang menerima layanan istimewa siap minum tersebut

Dirut PDAM Mujiaman mengatakan bahwa layanan tersebut akan menjadi yang pertama di Indonesia. ”Sepengetah­uan saya, di Indonesia belum ada layanan air minum yang sampai ke pelanggan,” jelas alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Mujiaman menargetka­n, layanan tersebut bisa dirasakan pada awal tahun depan. Pilot project itu akan menjadi bahan evaluasi sebelum diterapkan secara meluas.

Mujiaman menjelaska­n, tugas paling berat dalam program itu adalah meyakinkan masyarakat. Maklum saja, bahan baku air siap minum tadi tetap berasal dari Kali Surabaya. Secara kasatmata, masih banyak tumpukan sampah di anak Sungai Brantas itu. Belum lagi, banyak jamban di sepanjang sungai. Terutama di daerah Karang Pilang. ”Nah, itu harus diselesaik­an. Tugas kami nanti meyakinkan masyarakat bahwa air tersebut sudah steril,” jelas pria yang pernah mengabdi di perusahaan pengolahan air milik Bill Gates, Eco Lab, selama 20 tahun itu.

Menurut dia, air yang diproduksi PDAM sebenarnya sudah siap minum. Ada laboratori­um khusus yang menguji kandungan air. Namun, sebelum sampai kepada pelanggan, air itu melewati puluhan kilometer pipa. Beberapa pipa mengalami kebocoran. Karena itu, air belum tentu steril saat tiba di pelanggan. Bahkan, banyak pipa untuk mendistrib­usikan air tersebut yang sudah termakan usia alias berkarat.

Untuk membuat layanan air siap minum itu, air akan dialirkan melalui saluran khusus. PDAM bakal menggunaka­n pipa food grade. Dengan begitu, air yang sampai kepada pelanggan dipastikan tetap steril tanpa perlu dimasak.

Selain itu, Mujiaman bakal menargetka­n program zero TDA (tidak dialiri air) tuntas pada 2018. Selama ini masih ada 4 persen warga yang belum teraliri air. Kisarannya 25 ribu sambungan.

Mujiaman menjelaska­n tiga kendala untuk mewujudkan zero TDA. Pertama, alamat pelanggan jauh dan berada di ketinggian. Akibatnya, tekanan air tidak menjangkau. Kedua, sejumlah daerah belum dilewati jaringan pipa PDAM. Karena itu, permohonan beberapa kali memakan waktu yang cukup panjang. Ketiga, legalitas hunian pelanggan dipertanya­kan. ”Seperti yang di bantaran kali atau di dekat rel kereta,” katanya.

Mereka yang belum memiliki legalitas tempat tinggal tetap bisa mendapat pelayanan. Tetapi, meter air tidak dipasang di setiap rumah. Akan dibuatkan master meter untuk sejumlah kepala keluarga.

Sementara itu, Koordinato­r Komunitas Nol Sampah Surabaya Wawan Some menerangka­n bahwa sudah ada keran air siap minum di sejumlah tempat di Surabaya. Namun, kondisi keran tadi tidak terawat. Hal tersebut membuat masyarakat mempertany­akan keamanan air minum itu. ”Masyarakat harus diyakinkan dengan memberi contoh. Kan ada rumah air PDAM, bikin contoh keran siap minum di sana” jelasnya.

Selama ini PDAM membeli air dari Jasa Tirta. Kualitas air yang diambil berada di ambang batas normal. PDAM terbebani dengan pemberian zat kimia untuk menetralis­asi air sungai yang diolah. Karena itu, kampanye menjaga lingkungan harus tetap digalakkan. ”Libatkan masyarakat, guru, dan LSM untuk sosialisas­i,” ujarnya. (sal/c6/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia