Indonesia Kian Jauh Tertinggal
Bidik 55 Medali Emas, Hanya Raih 38 Emas
JAKARTA – Indonesia pernah menjadi negara terhebat di Asia Tenggara. Setiap perhelatan SEA Games, kita nyaris selalu keluar sebagai juara umum. Namun, kini, jangankan juara umum, mendekati tiga besar saja tidak mampu
Di SEA Games ke-29 yang diselenggarakan di Malaysia, Indonesia hanya menduduki peringkat kelima. Dengan koleksi 38 medali emas, tidak mungkin kontingen Merah Putih bisa mengejar Singapura yang berada di peringkat keempat dengan 56 emas. Sebab, pesta olahraga tersebut akan ditutup hari ini.
Itu sangat kontras dengan prestasi Indonesia selama kurun 1977 sampai 1997 silam. Saat itu, dalam sepuluh kali penyelenggaraan SEA Games, hanya dua kali Indonesia tidak menjadi juara umum.
”Kecewa lah karena tidak mencapai target yang dicanangkan semula,” kata Wapres Jusuf Kalla terkait prestasi Indonesia di SEA Games Malaysia kemarin.
Awalnya, Indonesia membidik setidaknya peringkat keempat SEA Games. Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), yang berwenang menyelenggarakan pelatnas, menargetkan setidaknya 55 medali emas untuk menembus peringkat itu.
Sayang, realitas di lapangan berbicara lain. Jangankan 55 emas, 50 emas saja mustahil dicapai. ”Ini nomor lima dan agak jauh dengan yang nomor empat,” keluh JK, sapaan Jusuf Kalla.
JK memastikan, prestasi buruk di SEA Games akan menjadi bahan evaluasi secara menyeluruh. Sebab, pada Agustus 2018, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games. ’’Kita masih ada waktu satu tahun lah untuk meningkatkan latihan,” ungkap JK yang juga menjadi ketua dewan pengarah Indonesia Asian Games Organizing Committee (Inasgoc).
Menpora Imam Nahrawi bisa memahami kekecewaan masyarakat atas hasil yang diraih kontingen Indonesia. ’’Saya pun harus mohon maaf, saya bertanggung jawab atas ini semua,’’ terangnya di kompleks Istana Kepresidenan kemarin.
Imam sudah meminta Satlak Prima maupun KOI untuk mencatat semua hal yang terjadi selama perhelatan SEA Games. Pihaknya akan mengevaluasi apakah itu murni soal atlet, wasit, atau soalsoal nonteknis yang lain. SEA Games akan menjadi tolok ukur peluang prestasi di Asian Games. ’’Saya akan ambil alih secara langsung penanganan prestasi,’’ tutur pria asal Bangkalan tersebut.
Untuk saat ini, Imam belum bisa menyampaikan upaya yang akan dilakukan untuk melangkah ke Asian Games. Yang sudah pasti menjadi catatan adalah daftar cabang olahraga yang akan diprioritaskan di Asian Games. Bagaimanapun, SEA Games tetap berbeda dengan Asian Games maupun Olimpiade.
Imam menambahkan, pihaknya memiliki waktu setahun ke depan untuk memaksimalkan potensi yang ada pada atlet Indonesia. ’’Saya harus optimistis karena mereka (atlet) sedang berjuang mati-matian. Kita harus optimistis,’’ tambahnya.
Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto tidak kalah kecewa dengan raihan Indonesia di SEA Games. Menurut dia, banyak faktor yang dihadapi para atlet dalam masa persiapan sehingga tidak bisa tampil maksimal. Salah satunya keterlambatan uang saku ataupun peralatan.
Gatot menggaransi masalah seperti itu tidak akan terjadi pada Asian Games 2018 mendatang. ”Ini penting buat kami, karena untuk koreksi memberikan pelayanan terbaik ke depannya,” sambung Gatot.
Cabang olahraga yang gagal memenuhi target adalah bulu tangkis dan atletik. Bulu tangkis hanya mampu menyumbangkan lima di antara enam target emas. Ganda campuran yang sebelumnya menjadi lumbung emas gagal mempertahankan prestasi.
Vita Marissa, asisten pelatih ganda campuran, mengakui kegagalan timnya. ”Kami hanya menurunkan pelapis ketiga dan keempat. Di perjalanan, Edi (Subaktiar, Red) juga harus cedera,” terang Vita.
Edi mengalami cedera lutut kiri pada babak pertama berpasangan dengan Emanuelle Widjadja. Mereka harus menyerah pada pasangan tuan rumah Peng Soon Chan/Cheah Yee See.
Terkait masa depan timnya, Vita menyatakan akan melakukan evaluasi bersama pelatih kepala Richard Mainaky. Terutama untuk opsi perombakan pasangan di pelatnas.
Dari cabang atletik, Agus Prayogo gagal memenuhi ekspektasi. Pelari jarak jauh Indonesia itu hanya mampu meraih 1 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Padahal, sebelumnya dia sempat yakin bisa meraih dua emas.
Di nomor maraton, pelari yang sekaligus anggota TNI-AD itu kalah bersaing dengan juara bertahan asal Singapura Soh Rui Yong. ’’Saya sudah berusaha maksimal di maraton. Sempat mimpin di awal, tapi harus kehilangan momentum saat 2 km terakhir,” kata peraih emas lari nomor 10.000 meter tersebut. (nap/irr/jun/ byu/c17/ang)