Jawa Pos

ATM yang Offline Berangsur Pulih

Sebaiknya Ganti Satelit Sesuai Durasi Misi

-

JAKARTA – Perbankan mulai melakukan pemulihan ( recovery) pada anjungan tunai mandiri (ATM) yang offline. ATM yang offline gara-gara gangguan satelit Telkom 1 itu kini mulai pindah jaringan ke satelit lain.

PT BRI Tbk misalnya. Di antara 321 unit ATM yang terganggu kemarin (29/8), 210 ATM sudah dipulihkan. Dengan begitu, ATM yang bermasalah tinggal 111. Unit kerja BRI yang terdampak juga berkurang. Dari semula 124 menjadi 10 unit. ”Proses recovery saat ini mencapai 91,2 persen,” kata Corporate Secretary BRI Hari Siaga kemarin

Jumlah ATM BRI yang terdampak relatif kecil dibanding total ATM yang mencapai 24.802. Unit kerja yang terdampak juga sedikit karena dari 10.656 yang terdampak sekarang tinggal 10 unit saja. Menurut Hari, masalah yang dirasakan BRI tidak banyak karena BRI punya satelit sendiri, yakni BRIsat. BRI saat ini memang satu-satunya bank di dunia yang mempunyai satelit sendiri.

ATM yang terhubung dengan jaringan satelit Telkom 1 pun dimigrasik­an ke jaringan satelit BRIsat sebagai jaringan utama. Jaringan back-up juga disiapkan perseroan sebagai cadangan untuk mengantisi­pasi masalah serupa di kemudian hari. ”BRI menargetka­n semua layanan ATM dan unit kerja yang bermasalah karena anomali satelit Telkom 1 dapat teratasi dalam dua hingga tiga hari ke depan,” katanya.

Corporate Secretary PT BCA Tbk Jan Hendra menyebutka­n, semua kantor kas BCA telah beroperasi normal. Untuk ATM, hingga kemarin ada 170 mesin yang sudah pulih. ”Kami kemarin fokus pada (masalah) kantor kas dulu,” tuturnya. Di antara 17.210 ATM BCA, sekitar 5.700 ATM sempat offline. BCA melakukan migrasi jaringan dari Telkom 1 ke jaringan satelit Telkom 3S dan Apstar 5. Kini jumlah ATM yang offline berkurang menjadi 5.530. BCA menargetka­n pemu- lihan total dapat dilakukan hingga tiga minggu ke depan.

Sementara itu, PT BNI Tbk mencatat sudah ada 400 ATM yang terpulihka­n. Sebelumnya, dari 16.000 ATM BNI, 1.500 di antaranya offline. Hingga kemarin ATM BNI yang offline berkurang menjadi 1.100. Sedangkan pada Bank Mandiri sebelumnya ada 2.000 ATM yang mengalami gangguan dari total 17.695 unit. ”ATM yang offline tinggal 4 persen (dari total ATM Bank Mandiri, Red),” ujar Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas.

Pengamat TI dan telekomuni­kasi Heru Sutadi menyebutka­n, satelit cukup vital dalam menunjang jaringan yang ada di darat. ”Kabel memang lebih stabil, tapi tentu tidak praktis jika kita bicara soal jangkauan sampai ke daerahdaer­ah dan titik yang sangat banyak,” tuturnya.

Menurut Heru, satelit umum dipakai perbankan, khususnya untuk fasilitas ATM, karena keunggulan­nya. ”Satelit bisa mengirimka­n sinyal ke mana saja. Transmisi juga lebih mudah, tinggal pasang parabola. Untuk di wilayah terpencil memang yang paling mungkin digunakan,” tambahnya.

Berkaca pada masalah Telkom 1, Heru menuturkan pentingnya sebuah perusahaan pemilik satelit memahami durasi misi satelit yang beroperasi. ”Para pembuat satelit tentu sudah memperkira­kan masa efektif satelit. Misalnya Telkom 1 yang ditetapkan 15 tahun. Kalau di atas itu pasti rentan ada masalah,” urainya.

Mengganti satelit sesuai durasi misi akan lebih efektif daripada harus menanggula­ngi gangguan seperti yang dialami Telkom 1. Sebab, kerugian yang ditimbulka­n bukan hanya materiil, tapi juga waktu dan aktivitas operasiona­l. Heru menganggap Indonesia selama ini kurang serius dalam berinvesta­si di bidang satelit.

”Seharusnya dihitung secara akurat berapa kebutuhan real satelit, siapa yang sudah provide, dan butuh kapasitas berapa. Sekarang ini kita masih punya slot orbit. Kebutuhan ke depan sepertinya adalah satelit yang memiliki transponde­r lebih besar. Memang selama ini pengembang­an broadband masih fokus pada basis fiber optic dan seluler. Namun, kebutuhan satelit juga patut diperhatik­an,” tegas Heru.

Di lantai bursa, harga saham Telkom yang berkode TLKM kemarin turun 20 poin ke level Rp 4.730 per lembar. Penurunan terjadi sejak Jumat (25/8) karena pasar merespons satelit Telkom 1 yang bermasalah. Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menerangka­n, kasus satelit Telkom 1 sebenarnya tidak berdampak pada kondisi fundamenta­l perseroan. Namun, investor telanjur menilai masalah satelit Telkom 1 sebagai sentimen negatif bagi kinerja TLKM. ”Ya, masih ada imbas dari situ,” ucapnya. (rin/agf/c9/oki)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia