Jawa Pos

CCTV Pantau Pelanggara­n

Surat Tilang Dikirim ke Rumah

-

SURABAYA – Mata polisi makin banyak. Pelanggara­n lalu lintas di berbagai jalan bisa terpantau. Tiba-tiba, para pelanggar mendapat kiriman surat tilang di rumah. Itu disebabkan kamera CCTV di beberapa jalan akan menjadi pengganti mata polisi.

Konsep itu sudah disusun dan sedang diujicobak­an oleh Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubunga­n (Dishub) Surabaya dan Satlantas Polrestabe­s Surabaya.

Hasil pantauan CCTV akan menghasilk­an data pelanggara­n, nomor polisi pelanggar, waktu kejadian, dan jenis pelanggara­n (lihat grafis)

Ada dua bungkus aluminium foil yang berisi sabu-sabu di tas hitam tersebut. Petugas lalu menangkap lelaki kelahiran Bangkalan itu.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Juanda Muhammad Mulyono menyatakan, bungkusan sabu-sabu tersebut sudah diperiksa di laboratori­um. Hasilnya, memang terbukti itu narkoba. ’’Temuan ini menjadi bukti bahwa Surabaya masih jadi sasaran empuk peredaran narkoba,’’ katanya di kantor KPPBC Tipe Madya Pabean Juanda.

Kasus tersebut kemudian dilimpahka­n ke Polda Jatim. Hingga kini, polda masih mendalami kasus itu. Polisi pun berupaya menyelidik­i jejaring Syaki di Surabaya. Belum diketahui apakah Syaki punya jaringan dari pelaku sebelumnya yang mencoba masuk ke Surabaya.

Namun, secara keseluruha­n, modus yang diterapkan hampir sama. Syaki mengaku diminta membawa barang tersebut. Sesampainy­a di Surabaya, akan ada orang yang menjemput dan mengambil barang itu.

Sebelumnya, penyelundu­pan SS melalui Juanda juga digagalkan. Modus yang digunakan memasukkan SS yang dikemas dalam balon. Ada dua balon dengan berat masing-masing 60 gram. Total SS yang dibawa masuk ke Surabaya mencapai 120 gram. Modus tersebut sempat menjadi bahasan karena tingkat risikonya cukup besar.

SS tersebut dibawa Norlisa, warga Indonesia kelahiran Malaysia. Dia mengaku mendapat bayaran Rp 15 juta untuk sekali kirim barang itu. Namun, dia tidak mengenal siapa orang yang akan mengambil barang tersebut ketika sampai di Juanda.

Komandan Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Kolonel Laut (P) Bayu Alisyahban­a mengatakan, kasus tersebut terungkap karena ketatnya sistem keamanan di wilayah Juanda. Karena itu, potensi lolos sangat kecil. ’’Kami terus memaksimal­kan pengamanan di segala lini sebagai bentuk pencegahan terhadap narkotika,’’ ujarnya.

Dia juga menjelaska­n, TNI-AL memiliki kewajiban untuk mengamanka­n objek vital. Bandara internasio­nal termasuk objek vital yang membutuhka­n pengamanan tingkat tinggi. Karena itu, Lanudal bersama Pomal Juanda, bea cukai, dan Avian Security akan terus berkoordin­asi dalam meningkatk­an pengamanan di wilayah bandara.

Sementara itu, aparat Satnarkoba Polrestabe­s juga terus mengembang­kan pengusutan kasus narkoba yang melibatkan Sandy Davidson. Memang benar, Sandy telah tewas di ujung bedil polisi. Namun, petugas menilai kasus tersebut belum tuntas.

Kini Korps Bhayangkar­a tersebut berusaha mengejar bos Melisa yang berada di Lapas Porong. Dia merupakan teman lama suaminya yang berinisial SY. Namun, hal itu bukan perkara gampang.

Sebab, jaringan narkoba menganut sistem putus. Ketika mereka mengetahui ada jejaringny­a yang tertangkap, yang lain menghilang begitu saja. ’’Kami masih kesulitan melacak,’’ ujar Kasatresko­ba Polrestabe­s Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Faton.

Melisa merupakan hasil pendalaman kasus yang dilakukan polisi. Sebelumnya, mereka menangkap tiga pengedar dan pemakai yang sering menjual ekstasi di beberapa kota. Yakni di kawasan Gresik, Surabaya, dan Sidoarjo. Mereka ditangkap pada Rabu lalu (12/7).

Ketiga tersangka bernama Angga Prasetyo, Mukhammad Arif Hidayat, dan Imam Pramono. Angga merupakan bandar yang memasok ekstasi kepada dua tersangka lainnya.

Sebelumnya, polisi mendapat informasi awal bahwa Angga sering memperoleh barang dari dalam penjara. Namun, dia selalu memakai sistem ranjau dalam berbisnis. Karena itu, dia tidak pernah bertemu dengan pemasok utama barang haram yang dijual.

Mekanismen­ya, Angga berhubunga­n dengan SY, sang pemasok dari dalam lapas. Karena SY dan suami Melisa mendekam di dalam lapas, mereka pun memerintah Melisa untuk berhubunga­n dengan dunia luar.

Dia bertugas untuk bertemu dengan Sandy, lantas mengepak barang yang didapat. Dia mempekerja­kan Nizar untuk mengantark­an barang-barang siap edar yang didapat Melisa dari Sandy. ’’Kurirnya tidak hanya Nizar sebenarnya. Namun, pada saat itu kebetulan Nizar yang bertugas,’’ jawab perwira dengan dua melati di pundak tersebut.

Angga merupakan salah seorang pelanggan setia. Sebab, Melisa dan SY tidak pernah mau melayani pembelian dalam jumlah yang sedikit. Mereka hanya melayani orang-orang yang bertindak sebagai pengedar seperti Angga. Dalam sekali pesan, Angga memang tidak tanggung-tanggung. Dia selalu memesan 500 butir ekstasi.

Roni menegaskan akan terus melacak jaringan Melisa. Dia juga akan tetap berusaha memperkara­kan SY meskipun sudah berada di dalam penjara. Dia dan anggotanya akan berusaha mencari alat bukti agar bisa menjerat suami Melisa dan SY. ’’Kami masih dalam proses untuk itu,’’ kata alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2000 tersebut. (riq/bin/c19/git)

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia