Jawa Pos

Gagalkan SS Malaysia Masuk Surabaya

-

SURABAYA – Tim gabungan keamanan Bandara Internasio­nal Juanda kembali menggagalk­an penyelundu­pan sabu-sabu (SS) ke Surabaya. Kali ini, berat narkoba yang dibawa masuk Mohd Syaki bin Ahmad, 53, mencapai 1,9 kilogram. Barang tersebut disimpan di bagian bawah tas jinjingnya.

Sebenarnya, Syaki sampai di Surabaya pada 22 Agustus lalu. Setelah disidik selama sepekan, baru kemarin kasus tersebut diungkap ke publik. Ketika itu, Syaki menumpang pesawat AirAsia nomor penerbanga­n XT393 rute Johor Bahru–Surabaya. Dia tiba di Bandara Internasio­nal Juanda pukul 12.00. Awalnya, Syaki tampak percaya diri saat berada di area kedatangan internasio­nal terminal 2 bandara tersebut. Dia menenteng tas jinjingnya.

Sewaktu mendekati pintu metal detector, Syaki mulai panik. Tim gabungan dari Avian Security, bea cukai, dan Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) pun mulai curiga. Namun, tim menunggu hingga barang bawaan Syaki masuk ke pemeriksaa­n.

Kecurigaan itu ternyata terbukti. Petugas melihat ada benda aneh di bagian bawah tas tersebut. Untuk memastikan­nya, petugas membongkar tas itu

Kepada Jawa Pos, dia menunjukka­n berbagai macam ukuran kaki katak. Begitu juga baju selam. Ada yang ukuran anak kecil hingga ukuran bule-bule yang besar.

Demikian pula buoyancy compensati­on device (BCD) atau jaket rompi untuk menyelam. Ukurannya beragam. Orang-orang berukuran besar tidak perlu khawatir tak bisa turun ke dasar laut. Sebab, Olga menyediaka­n weight belt untuk menyimpan pemberat.

Persewaan milik Olga terbilang laris, Sebab, tak semua wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat adalah tamu resor. Apalagi saat musim wisata. November hingga Mei. Resor penuh.

Karena itu, mereka yang tinggal di hotel atau penginapan kecil, yang tak punya peralatan selam, bisa menyewa alat milik Olga. Mereka tetap bisa menikmati pesona bawah laut Raja Ampat yang memang sangat elok.

Tapi, pada musim-musim penuh itu, jangan harap bisa dengan mudah mendapatka­n alat milik Olga. Para wisatawan harus memesan jauh-jauh hari di Olin R4, toko milik Olga.

Dia pun tak segan-segan menjawab aneka pertanyaan seputar menyelam. Maklum, Olga memang sudah menggilai olahraga air itu. Sejak muda dia sudah bisa diving. ”Tahun 1984, saya bekerja di alat selam Sea Horse,” tuturnya. Dari sanalah Olga mulai mencintai diving dan berenang.

Pertengaha­n 1990, Sea Horse tutup dan dijadikan hotel. Orangorang yang biasanya menyewa dan membeli di toko tersebut kebingunga­n. Olga pun dihubungi beberapa pelanggan. Saat itulah dia mulai membuka sendiri toko selam. ”Awalnya, saya buka di rumah yang berada di Kutisari,” bebernya.

Usaha rumahan itu lambat laun berkembang. Beberapa cabang dibuka di penjuru Surabaya. Usaha milik Olga berkembang hingga memiliki kios di beberapa mal di Surabaya. ”Sekarang yang di Cito (City of Tomorrow, Red) masih tutup karena renovasi. Nanti dilanjutka­n lagi,” kata perempuan berambut panjang itu.

Namun, persaingan usaha di Surabaya kian ketat. Usaha perlengkap­an selam di Kota Pahlawan kian banyak. Akhirnya, omzet usaha Olga terus drop. Sampai bangkrut. Pada 2011, dia menutup beberapa tokonya.

Olga sempat bingung. Dia ingin tetap memiliki usaha penyediaan alat diving. Akhirnya, ada kerabat yang menawarkan untuk ke Raja Ampat.

Perempuan kelahiran 15 September 1962 itu tidak lantas mengiyakan. Dua tahun dia bolak-balik Surabaya–Raja Ampat untuk survei. Sebab, Olga tak mau main-main dalam membuka usaha. Apalagi di tempat baru yang belum dia kenal betul.

Pelosok-pelosok Raja Ampat dijelajahi­nya. Salah satu yang diteliti adalah kondisi keamanan di wilayah tersebut. Olga juga memastikan berapa wisatawan yang datang tiap tahun. Berapa jumlah penginapan. Bagaimana kondisi alamnya. Berbagai aspek menjadi pertimbang­an Olga.

Pada Desember 2015, dia mulai pindah ke Raja Ampat sembari mengangkut sejumlah perlengkap­an selamnya. Ada yang diangkut dengan pesawat, ada pula yang dengan kapal laut.

Awalnya, toko tidak terlalu aktif. Belum semua barang dibawa ke Raja Ampat. Lagi-lagi, Olga tak ingin gegabah untuk benar-benar memindahka­n usaha di Papua. Pada Oktober 2016, Olga baru benar-benar mantap. Sejak itu, dia mulai aktif di Raja Ampat.

Sebagai pemilik usaha baru, Olga harus getol berpromosi. Dia mendatangi satu per satu resor. Olga menawarkan kerja sama persewaan maupun jual beli alat diving. ”Sekarang ada tujuh homestay dan empat resor yang sudah bekerja sama dengan kami,” jelasnya.

Olga justru merasa beruntung dengan kondisi usahanya di Surabaya. ”Kalau tidak bangkrut, tidak mungkin saya pindah ke Raja Ampat dan seperti sekarang,” katanya. Dia juga bersyukur pernah merasakan di bawah dan memulai usahanya lagi dari nol. Dengan demikian, dia merasakan bagaimana pertolonga­n Tuhan. ” Tuhan itu baik. Semua pasti ada hikmahnya,” imbuhnya.

Dan Olga belum mau mandek berusaha. Dia kini tengah mengembang­kan bidang lain. Yakni, membangun sebuah resor di Raja Ampat. (*/c6/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia