Light Pipe Jadi Solusi Pencahayaan
SURABAYA – Permukiman padat penduduk menjadi ciri khas kota metropolis. Antar-rumah saling berimpit. Sebab, lahan kian sempit. Dampaknya, penyinaran matahari tidak maksimal menjangkau bagian dalam rumah.
Tak heran, lampu harus terus menyala sepanjang waktu setiap hari. Kondisi itu mendorong empat mahasiswa Universitas Kristen Petra (UK Petra) untuk berinovasi. Mereka adalah Elisabeth Kathryn, Andrew Leksmana, Samantha Isabela, dan Chefania. Mahasiswa jurusan arsitektur tersebut menciptakan light pipe. Teknologi tepat guna sebagai media penerus cahaya.
Alat tersebut dipasang di antara plafon dan atap. Ada dua rumah yang menggunakannya. Hasilnya lebih hemat listrik. Cara kerjanya, light pipe akan menangkap cahaya dan meneruskannya masuk ke ruangan. Bahannya, kaleng bekas wadah biskuit yang disusun memanjang menyerupai pipa.
Di bagian ujung light pipe, dipasang mangkuk kaca. Fungsinya menangkap cahaya ( receiver). Selanjutnya, cahaya yang sudah ditangkap akan diteruskan masuk ke kaleng. Di bagian paling bawah, ada diffuser. Bagian itu menggunakan meterial berupa kaca buram atau kaca yang diberi stiker.
Elisabeth menerangkan, material kaleng dipilih karena sifatnya yang kuat dan reflektif. Sementara itu, bentuk kaleng silinder lebih mampu meneruskan cahaya dari semua sisi. ”Arah pantulan cahaya tidak pasti, jadi dipilih yang bisa dari segala sisi,” ungkapnya.
Mangkuk kaca, imbuh Elisabeth, bersifat kuat dan maksimal dalam menerima cahaya. Lalu, diffuser berfungsi menekan cahaya berlebihan yang masuk ke rumah. Karena itu, menurut mahasiswa angkatan 2013 tersebut, light pipe lebih aman dan nyaman. Sebab, cahaya yang masuk adalah cahaya bias. Tentu, minim radiasi cahaya matahari. (kik/c25/nda)