Jawa Pos

Ajarkan Cara Bicara Siswa Tunarungu

-

SIDOARJO – Dibutuhkan keahlian khusus untuk mengajari anak tunarungu berkomunik­asi. Karena itu, Dinas Pendidikan (Dispendik) Sidoarjo mengundang pendidik dari sekolah luar biasa (SLB) dan sekolah inklusi untuk belajar cara tepat menangani siswa berkebutuh­an khusus itu.

Terdapat 110 guru yang mengikuti kegiatan tersebut kemarin (29/8). Mereka mendapatka­n pengarahan khusus terkait deteksi dini serta penanganan dasar siswa tunarungu bertema Auditory-Verbal Therapy dari Kasoem Hearing and Speech Center Sidoarjo.

Pediatric Patient Supervisor Kasoem Hearing and Speech Center Sidoarjo Anita Roschetyad­i menyatakan, tunarungu sering disalahart­ikan sebagai gangguan bicara. Padahal, istilah bisu-tuli itu disebabkan penderita tak dilatih untuk berbicara. Untuk menangani tunarungu, perlu diberikan rangsangan suara. Hal itu sulit karena banyak penderita tunarungu yang akhirnya terbiasa menggunaka­n bahasa visual dan sinyal. ’’Mereka kebiasaan njawil atau bahasa isyarat sebelum bilang. Padahal, supaya mereka terbiasa menggunaka­n indra pendengar dan bicara, harus ada rangsangan suara dulu. Kalau tidak respons, baru disentuh,’’ lanjut Anita.

Mendapatka­n bekal ilmu tersebut, Sri Wiyanti mengaku bersyukur. Guru pembimbing khusus (GPK) di SD Negeri Lemahputro 1 Sidoarjo itu cukup bingung mengatasi siswa tunarungu yang tak ingin bicara. ’’Alhamdulil­ah, sekarang sudah diajarkan bagaimana mengecek apakah siswa memang bisa mendengar. Lalu, cara membiasaka­n dia untuk bisa meningkatk­an kemampuan komunikasi,’’ ujarnya.

Kepala UPT ABK Sidoarjo Nanik Sumarviati berharap pengajar nanti bisa menyebarka­n ilmu tersebut kepada orang tua. Dengan begitu, perawatan bisa segera dilakukan. ’’ Yang ingin kami tegaskan bahwa tunarungu itu bukan bisu. Mereka bisa berbicara kalau memang dididik sejak dini,’’ jelasnya. (bil/c6/ai)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia