Jawa Pos

Bisa karena Keturunan

-

SURABAYA – Glaukoma menjadi salah satu gangguan mata yang sering mengakibat­kan kebutaan. Gejalanya sering tidak disadari. Pada awalnya, mata hanya terasa kemeng atau pegal, melihat ada pelangi di sekitar lampu. Penglihata­nnya pun terang dan jelas, tetapi mata terasa tidak enak.

’’Orang baru merasa ada kelainan ketika glaukomany­a sudah parah. Yakni, ketika penglihata­n sudah seperti teropong,” ujar dr Lydia Nuradianti SpM. Jika diketahui sejak awal, penyakit tersebut bisa ditangani agar tidak mengakibat­kan kebutaan.

Glaukoma sendiri merupakan gangguan penglihata­n akibat adanya tekanan berlebihan di dalam mata. Tekanan tersebut bisa terjadi karena adanya sumbatan pada pembuangan cairan atau terjadinya produksi cairan mata yang berlebihan. Tekanan berlebihan itu pada akhirnya dapat mengakibat­kan terjadinya kerusakan saraf mata hingga menimbulka­n kebutaan.

’’Kalau masih tahap awal, saraf mata ini belum mati. Masih bisa diperbaiki dengan mengontrol faktor risikonya,” lanjut Lydia. Tidak hanya mengintai mereka yang sudah berusia lanjut, penyakit tersebut juga bisa menyerang usia muda, termasuk anak yang baru lahir akibat kelainan bawaan (glaukoma kongenital).

’’Glaukoma ini juga bisa jadi keturunan. Jadi, kalau ada keluarga kandung yang kena glaukoma, sebaiknya segera periksakan diri,” imbuh dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mata Undaan tersebut.

Adanya radang pada gigi juga bisa menjadi salah satu faktor risiko. Peradangan tersebut akan membuat tekanan pada mata menjadi meningkat hingga akhirnya terjadi glaukoma. ’’Penggunaan obat tetes mata yang salah juga bisa jadi faktor lho,” lanjut anak sulung dari tiga bersaudara tersebut.

Obat tetes yang dimaksud adalah jenis yang mengandung steroid. Obat jenis itu hanya boleh digunakan dengan resep dokter. Namun sayang, banyak orang yang menggunaka­nnya secara bebas. (dwi/c17/jan)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia