Berkarakter dengan Literasi
BASIS pendidikan pada abad ke-21 adalah kompetensi. Pertama, karakter yang dalam pengembangan kurikulum pendidikan Indonesia berdasar pada Pancasila sebagai suatu filosofi kehidupan bangsa. Kedua, kemampuan belajar dan berinovasi, yaitu penanaman pembiasaan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Ketiga, menjadikan literasi digital sebagai bagian dari pembelajaran. Keempat, kecakapan hidup melalui pengetahuan dan keterampilan dengan fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mandiri, interaksi lintas sosialbudaya, produktivitas dan akuntabilitas, serta kepemimpinan dan tanggung jawab. Pendidikan karakter menekankan bahwa setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati normanor ma dan berpedoman pada norma tersebut. Koherensi juga diperlukan untuk membangun rasa percaya diri dan keberanian. Dengan begitu, anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian, tidak mudah terombang-ambing, dan tidak takut terhadap risiko setiap kali menghadapi situasi baru.
Sementara itu, literasi merupakan salah satu tugas dalam pengembangan anak usia dini. Pengenalan literasi sejak dini merupakan langkah awal untuk menciptakan anak-anak yang berkualitas. Literasi tak bisa dipisahkan dari pembentukan kompetensi lainnya. Literasi menjadi unjuk kerja dalam pembelajaran. Muaranya adalah pembentukan pembiasaan dan kecakapan hidup. PAUD juga menjadi permulaan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ketika memasuki dunia pendidikan (PAUD) pada usia 2–3 tahun, anak mempunyai perbendaharaan kata lebih dari 200 kata. Anak juga mulai mengerti tulisan. Dengan melihat huruf, anak-anak mulai mengira-ngira bagaimana bunyinya.
Pada usia 3–6 tahun, menurut Suyadi (2010), kesenangan anak terhadap buku cerita meningkat tajam. Terutama buku cerita yang memiliki banyak warna yang cerah dan ilustrasi. Sebab, pada hakikatnya, menurut Kaderavek (2002), periode li_ terasi anak dimulai dari lahir sampai usia 6 tahun. Dengan demikian, pembelajaran literasi yang baik adalah membacakan cerita. Cara lainnya adalah meminta anak menceritakan ulang, meski tidak selengkap cerita aslinya. Selanjutnya, pembelajaran literasi dengan menyusun kata-kata bersajak. (*) Kabid PAUD Dikmas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo