Jawa Pos

Mati atau Melarikan Diri dengan Risiko Tinggi

Etnis Rohingya Kian Tak Berdaya

-

COX’S BAZAR – Tak ada pilihan baik yang bisa diambil etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Jika mereka bertahan di rumah sendiri, peluang untuk kehilangan nyawa sangat besar karena tertembus peluru militer.

Namun, jika lari ke negara tetangga, Bangladesh, mereka juga bertaruh nyawa lantaran harus melintasi Sungai Naf atau Teluk Benggala dengan peralatan seadanya. Tidak sedikit yang akhirnya tewas di tengah perjalanan.

Kemarin (31/8) penjaga pantai Bangladesh menemukan sedikitnya 20 jenazah etnis Rohingya. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. ”Perahu mereka terbalik. Jenazah terdiri atas 11 anak-anak dan 9 perempuan,” ujar Ariful Islam, komandan penjaga perbatasan Bangladesh.

Sehari sebelumnya, mereka juga menemukan dua jenazah etnis Rohingya. Islam melihat perahu mereka ditembaki penjaga perbatasan Myanmar.

Bagi etnis Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh, peluang selamat maupun tewas sama besarnya. Sungai Naf maupun Teluk Benggala berarus deras. Sangat mungkin, sebelumnya ada orangorang yang tenggelam, tetapi jenazahnya tak ditemukan. Jumlah pasti korban tewas bakal sangat sulit ditentukan. Sebab, media dilarang mendekati area konflik. Begitu pula berbagai organisasi kemanusiaa­n yang ingin menyalurka­n bantuan.

Beberapa hari belakangan ini, etnis Rohingya yang lari ke Bangladesh memang kian banyak. Hingga kemarin, sudah 27 ribu orang yang terdata masuk ke Bangladesh dan 20 ribu lainnya masih tertahan di wilayah perbatasan.

Padahal, dua hari sebelumnya, jumlah pengungsi hanya separonya. Sangat mungkin hari ini jumlah mereka meningkat puluhan ribu lagi. Mereka yang belum terdata terkatung-katung di wilayah yang sebelumnya tak berpenghun­i dengan makanan dan obat-obatan yang sangat terbatas.

Beredar kabar, mereka ketakutan karena kini bukan hanya militer Myanmar yang turun tangan menyiksa, menembaki, dan membakar rumah-rumah etnis Rohingya. Penduduk Buddha di Rakhine juga ikut turun tangan membakar properti milik etnis yang tidak diakui sebagai penduduk Myanmar maupun Bangladesh tersebut.

Kantor berita Reuters melaporkan, mereka melihat api di sepanjang Sungai Naf di sisi Myanmar. ”Apa yang kami dengar adalah kata bakar, bakar, dan bakar. Tampaknya, Myanmar ingin mengusir seluruh populasi etnis Rohingya,” ujar Chris Lewa dari Arakan Project.

Dia mengakui, tragedi di Rakhine kali ini lebih parah jika dibandingk­an dengan konflik serupa Oktober tahun lalu. Sebab, penduduk Rakhine ikut aktif membakar desa-desa.

Salah satu etnis Rohingya yang berhasil selamat, Mohammed Rashid, mengungkap­kan, dirinya lari bersama sekitar 100 orang lainnya. Mereka sempat bersembuny­i selama dua hari di hutan sebelum akhirnya berhasil menyeberan­g. ”Kami mendengar rumahrumah di desa kami sudah dibakar dan rata dengan tanah,” ungkapnya.

Internatio­nal Organizati­on for Migration (IOM) dan Sekjen PBB Antonio Guterres sudah meminta Bangladesh berbaik hati membuka pintu-pintu perbatasan­nya. Namun, negara yang termasuk paling padat di dunia itu menolak. (Reuters/AFP/BBC/sha/c5/any)

 ?? SOE ZEYA TUN/REUTERS ?? TINGGAL RANGKA: Sepeda dan rumah etnis Rohingya di Maungdaw, Myanmar, yang sengaja dibakar kemarin.
SOE ZEYA TUN/REUTERS TINGGAL RANGKA: Sepeda dan rumah etnis Rohingya di Maungdaw, Myanmar, yang sengaja dibakar kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia